Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Februari 2020

  • Kukuh Prasetyaningtyas
  • 03 Mar 2020
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Februari 2020

Analisis dan Prediksi Dinamika Atmosfer : Aliran massa udara di wilayah Indonesia umumnya didominasi angin baratan yaitu massa udara berasal dari Benua Asia. Daerah pertemuan angin terdapat di sekitar Jawa hingga Nusa Tenggara dan Papua bagian selatan, serta Sulawesi bagian selatan. Aliran massa udara di wilayah Indonesia pada Dasarian I Maret 2020 diprediksi masih didominasi angin baratan. Analisis 29 Februari 2020 menunjukkan MJO tidak aktif dan diprediksi aktif pada awal-pertengahan Maret 2020. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, terdapat wilayah konvektif/basah mendominasi seluruh wilayah Indonesia pada awal hingga pertengahan Maret 2020. Dasarian III Februari 2020, ENSO berada pada kondisi Netral dan berpeluang besar akan tetap Netral hingga Agustus 2020. Dipole Mode saat ini berada pada kondisi Netral dan diprediksi akan tetap Netral setidaknya hingga Mei 2020.

Analisis Curah Hujan pada Dasarian III Februari 2020 : Umumnya curah hujan pada Dasarian III Februari 2020 berada kriteria Rendah (0 - 50 mm/dasarian) hingga Menengah (50 - 150 mm/dasarian). Curah hujan tinggi (>150 mm/dasarian) terjadi di Belitung, Banten bag utara, DKI, Jabar bag utara, Jatim bag tengah, Bali bag timur, Sulsel bag utara, Sulteng bag timur, Papua barat bag tengah dan utara, dan Papua bag barat dan tengah. Sifat hujan pada Dasarian III Februari 2020 umumnya Bawah Normal hingga Normal.

Analisis Perkembangan Musim Hujan Dasarian III Februari 2020 : Berdasarkan jumlah zom, 100 % wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.

Prakiraan Curah Hujan Dasarian Maret I - Maret III 2020 : Pada Maret I - Maret III 2020 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria rendah (0 -50 mm/dasarian) hingga menengah (50 - 150 mm/dasarian). Pada Maret I diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi di Bengkulu bagian tengah, Banten bagian barat, Jabar bagian timur, Jateng bagian barat dan tengah, Jatim bagian tengah, Kalteng bagian utara, Kalbar bagian timur, Sulsel bagian selatan dan utara, Sultra bagian tengah, Papua Barat bagian timur, dan Papua bagian tengah. Pada Maret II diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi di Sulsel bagian utara, Sultra bagian barat, Papua Barat bagian tengah, dan Papua bagian tengah. Pada Maret III diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi di Sulsel bagian utara, Sulteng bagian selatan, Sultra bagian utara, Papua Barat bagian timur, dan Papua bagian tengah.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024