Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II Oktober 2023

  • Mohammad Ridwan
  • 23 Okt 2023
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II Oktober 2023

Analisis dan Prediksi ENSO dan IOD

Hasil Monitoring ENSO Dasarian II Oktober 2023 menunjukkan indeks ENSO (+1.71), sedangkan IOD sebesar (+2.01). Kondisi IOD bertahan hingga akhir tahun 2023 Sedangkan El Nino moderat diprediksi terus bertahan hingga Februari 2024.

Analisis dan Prediksi Angin 850mb

Aliran massa udara di wilayah Indonesia didominasi oleh angin timuran. Pola angin selama Dasarian II Oktober relatif sama dengan normalnya. Aliran massa udara diprediksi masih didominasi oleh angin timuran dengan kecepatan yang melemah.

Analisis OLR

Daerah tutupan awan (OLR =220 W/m2) pada dasarian II Oktober terjadi di sebagian Sumatra bagian utara, sebagian Kalimantan Barat, dan Papua.

Analisis dan Prediksi MJO

Analisis pada dasarian II Oktober 2023 menunjukkan MJO tidak aktif di fase 4 & 5, dan diprediksi tetap tidak aktif hingga dasarian III Oktober 2023, MJO berkaitan dengan aktivitas konveksi/potensi awan hujan di wilayah Indonesia (fase 4 & 5).

Analisis dan Prediksi Kelembapan Udara (RH)

Kelembapan udara permukaan berkisar 57- 73% dan diprediksi hingga Dasarian II November 2023 berkisar 42 - 72%, pada lapisan 850mb diprediksi berkisar 31 - 75% serta pada lapisan 700 mb umumnya diprediksi 24 - 74%.

Analisis dan Prediksi Suhu

Suhu rata-rata permukaan berkisar 22 - 27°C dan diprediksi hingga Dasarian II November 2023 berkisar 12-30°C, Prediksi suhu minimum berkisar 9 - 28°C dan Prediksi suhu maksimum berkisar 16-36°C.

Peringatan Dini

  • Peringatan Dini Curah Hujan Tinggi pada klasifikasi Waspada: Kabupaten di Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat; Siaga: tidak ada?; Awas : tidak ada
  • Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis pada klasifikasi Waspada: Kabupaten di Provinsi Bengkulu, Lampung, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara; Siaga: Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTT, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara; Awas: Kabupaten di Provinsi Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulwesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Analisis Curah Hujan Dasarian II Oktober 2023

  • Curah hujan pada Dasarian II Oktober 2023 umumnya berada di kriteria rendah - menengah (0 - 150 mm/dasarian).
  • Sifat hujan pada Dasarian II Oktober 2023 umumnya Bawah Normal hingga Atas Normal.

Analisis Perkembangan Musim Hujan Dasarian II Oktober 2023:

  • Berdasarkan jumlah ZOM, sebanyak 10% wilayah Indonesia masuk musim hujan.
  • Wilayah yang sedang mengalami musim hujan meliputi sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Barat, Bengkulu, sebagian kecil Kalimantan Barat, sebagian kecil Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah bagian tengah, sebagian kecil Maluku, sebagian Papua Barat dan sebagian kecil Papua bagian utara.

Prediksi Curah Hujan Oktober Dasarian III - November Dasarian II 2023

Pada Oktober III - November II 2023 umumnya diprediksi curah hujan berada di kriteria rendah - menengah (0 -150 mm/dasarian). Wilayah yang diprediksi mengalami hujan kategori rendah (<50 mm/dasarian) :

  • Pada Oktober III 2023 meliputi sebagian besar Sumatera bagian tengah hingga selatan, Jawa hingga NTT, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi dan Maluku, sebagian Papua Barat, Papua bagian utara dan Papua Selatan.
  • Pada November I 2023 meliputi Sumatera bagian selatan, sebagian Jawa bagian tengah dan timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian besar Maluku, Maluku Utara, Papua Barat bagian utara dan tengah, sebagian Papua bagian utara dan selatan.
  • Pada November II 2023 meliputi Sumatera bagian dan selatan, sebagian Jawa bagian tengah dan timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara bagian selatan, Maluku, sebagianPapua Barat bagian utara, sebagian Papua bagian utara dan selatan.

Prediksi Curah Hujan Kurang Dari 100 mm/Bulan untuk Bulan November 2023 - April 2024 :

  • November 2023 curah hujan <100 mm/bulan berpeluang besar terjadi di sebagian Sumatera Barat, sebagian Lampung, sebagian Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat bagian utara, sebagian Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, sebagian Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan sebagian kecil Papua bagian selatan.
  • Desember 2023 curah hujan <100 mm/bulan berpeluang terjadi di sebagian Banten, Jawa Barat bagian utara, sebagian NTB, sebagian NTT, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Maluku, Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian Selatan.
  • Januari dan Maret 2024 curah hujan <100 mm/bulan berpeluang besar terjadi di sebagian Sumatera Utara.
  • Februari 2024 curah hujan <100 mm/bulan berpeluang terjadi di sebagian Aceh, Sumatera Utara, sebagian kecil Sulawesi Tengah dan Papua Barat.
  • Maret 2024 curah hujan <100 mm/bulan berpeluang terjadi di sebagian kecil NTT.
  • April 2024 curah hujan <100 mm/bulan berpeluang besar terjadi di sebagian NTT.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024