Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Oktober 2020

  • Kukuh Prasetyaningtyas
  • 13 Okt 2020
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Oktober 2020

Analisis dan Prediksi Angin 850mb

Aliran massa udara di wilayah Indonesia umumnya didominasi angin timuran (wilayah selatan ekuator), sedangkan utara ekuator didominasi angin baratan. Di sekitar ekuator terjadi daerah belokan angin dan di barat Sumatera terjadi pola siklonal. Pola aliran massa udara ini umumnya relatif sama dengan normalnya. Dasarian II Oktober 2020 diprediksi masih didominasi pola aliran massa udara yang relatif sama dengan dasarian I Oktober 2020.

Analisis dan Prediksi MJO

Analisis Dasarian I Oktober 2020 menunjukkan MJO aktif di fase 5 (Benua Maritim) dan diprediksi tetap aktif hingga pertengahan dasarian III Oktober 2020 dengan intensitas yang lemah. Berdasarkan peta prediksi spasial OLR, terdapat wilayah konvektif/sedikit lebih basah di hampir seluruh wilayah Indonesia hingga dasarian II Oktober 2020.

Analisis dan Prediksi ENSO dan IOD

Dasarian I Oktober 2020, Indeks ENSO telah melewati batas kriteria La Nina dan sudah berlangsung selama tujuh dasarian terakhir. Terdapat peluang untuk berlanjut dan menuju La Nina Moderat hingga periode MAM'21 (Maret-April-Mei 2021). Indeks Dipole Mode saat ini berada pada kategori Netral dan diprediksi akan tetap Netral hingga April 2021. Namun beberapa Institusi memprakirakan peluang Dipole Mode negatif menuju Netral dapat terjadi mulai November 2020, kemudian kembali menuju Netral pada Desember 2020.

Analisis OLR

Daerah pembentukan awan (OLR = 220 W/m2) pada dasarian I Oktober terjadi di Sumatera bagian tengah hingga utara, Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian utara, Maluku Utara dan sebagian besar Papua. Dibandingkan dengan klimatologisnya, tutupan awan di wilayah Indonesia umumnya lebih banyak.

Analisis dan Prediksi Kelembapan Udara Relatif (RH)

Dasarian I Oktober 2020, kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan umumnya di atas 80%. Kelembapan dengan nilai di atas 90% teramati di sebagian besar wilayah Sumatera, Kalimantan dan Papua. Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan diprediksi umumnya di atas 80% hingga Dasarian I November 2020 kecuali di sebagian besar wilayah NTT.

Analisis dan Prediksi Suhu

Dasarian I Oktober 2020, suhu rata-rata permukaan berkisar 22-28 derajat Celcius dan diprediksi dasarian II Oktober - I November 2020 umumnya berkisar 22-30 derajat Celcius. Suhu minimum diprediksi umumnya berkisar 18-26 derajat Celcius dan suhu maksimum diprediksi umumnya berkisar 28-36 derajat Celcius.

Peringatan Dini

Peringatan Dini Iklim Ekstrem untuk beberapa Kabupaten di Provinsi NTT, NTB, dan Maluku yang berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada klasifikasi Siaga dan Awas hingga dua dasarian kedepan.

Analisis Curah Hujan Dasarian I Oktober 2020 umumnya berada kriteria rendah-menengah (0 - 150 mm/dasarian). Sedangkan untuk curah hujan tinggi (150 - 300 mm/dasarian) terjadi di sebagian Aceh, pesisir selatan Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi bagian selatan, Bengkulu, Jawa Barat bagian barat, Kalimantan Utara bagian utara, Sulawesi Selatan bagian utara, sebagian Sulawesi Barat, Papua Barat dan Papua bagian tengah. Sifat hujan pada Dasarian I Oktober 2020 umumnya Normal - Atas Normal.

Analisis Perkembangan Musim Hujan Dasarian I Oktober 2020: Berdasarkan jumlah ZOM, 17 % wilayah Indonesia telah masuk musim hujan dan 83 % wilayah masih mengalami musim kemarau.

Prakiraan Curah Hujan Dasarian Oktober II - November I 2020 : Prakiraan hujan kategori tinggi (> 150 mm/dasarian) pada Oktober II berada di Kalimantan Utara bag utara, Sulawesi Barat bag utara, Papua Barat bag tengah, dan Papua bagian tengah; pada Oktober III berada di Aceh bag selatan, Sumatera Barat bagian selatan, sebagian Bengkulu, Papua Barat bag tengah, dan Papua bagian tengah; pada November I berada di Aceh bagian selatan, Sumatera Barat bagian selatan, sebagian Bengkulu dan Papua bagian tengah.

Prakiraan Hujan > 300 mm Bulan November 2020 - Januari 2021 : berpeluang terjadi di Aceh, Sumatera Utara pesisir barat P. Sumatera, P. Bangka bagian utara, Banten bagian selatan, Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur bagian barat, Kallimantan Utara bagian timur, P. Sulawesi bagian barat, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024