Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I November 2019

  • Kukuh Prasetyaningtyas
  • 13 Nov 2019
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I November 2019

Analisis dan Prediksi Dinamika Atmosfer : Aliran massa udara di Indonesia bagian selatan didominasi angin timuran yaitu massa udara berasal dari Benua Australia. Monsun Asia tidak aktif, dan diprediksi tetap tidak aktif hingga dasarian III November 2019, selanjutnya diprediksi aktif pada dasarian I Desember 2019. Monsun Australia aktif dan diprediksi tetap aktif hingga dasarian I Desember 2019 dan lebih kuat dibanding normalnya sehingga berpotensi menghambat pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian Selatan. Analisis 10 November 2019 menunjukkan MJO aktif di Samudera Pasifik barat (fase 7) dan diprediksi akan tetap aktif di fase 8 dan fase 1 hingga pertengahan dasarian III November 2019. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR pada akhir dasarian I November 2019 wilayah Indonesia barat didominasi wilayah subsiden/kering yang kemudian meluas mencakup wilayah Indonesia tengah dan timur hingga pertengahan dasarian III November 2019.

Analisis Curah Hujan Dasarian I November 2019 : Umumnya curah hujan berada pada kriteria Rendah (0-50 mm/dasarian). Curah hujan menengah(50-150 mm/dasarian) terjadi di Riau bag utara, Jabar bag tengah, Pulau Flores bag tengah, Kalbar bag utara, dan Papua bag tengah. Curah hujan Tinggi (>150 mm/dasarian) terjadi di Sumut bag utara, dan Kaltara bag utara. Sifat hujan pada Dasarian I November 2019 umumnya Bawah Normal. Sifat hujan Atas Normal terjadi di Aceh bag selatan, Sumut bag utara, Riau bag tengah, Flores bag timur, Kaltara bag utara, Papbar bag selatan, Papua bag utara.

Analisis Perkembangan Musim Hujan Dasarian I November 2019 : Berdasarkan jumlah zom, 16 % wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan sedangkan 84% wilayah masih mengalami musim kemarau. Wilayah yang sudah memasuki musim hujan meliputi Aceh, sebagian Sumut, Sumbar, Riau, Jambi bag timur, Sumsel bag barat, Jabar bag tengah, Kalbar, sebagian Kalteng, Kaltara, Kaltim bag utara dan selatan, Kalsel bag utara, Sulut bag utara, Sulteng bag tengah, Malut, sebagian Seram dan Papua bag utara.

Prakiraan Curah Hujan Dasarian Nov II - Des I 2019 : umumnya diprakirakan berada di kriteria menengah (50 - 150 mm/dasarian). Pada Nov II wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi berada di Papua bag tengah. Pada Nov III wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi berada di Pesisir barat Aceh, Pesisir barat Sumut, dan Papua bag tengah. Pada Des I wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi berada di Papua bag tengah.

Peluang Curah Hujan Kurang dari 50 mm Dasarian Nov II - Des I 2019 : Nov II terjadi di Sumatera bag utara dan tengah, Babel, Jabar bag barat, Jateng bag timur, Kalimantan, Sulbar, Sulsel bag utara, Sulteng, sebagian Malut, sebagian Maluku, Papua Barat, dan Papua bag utara dan tengah; Nov III terjadi di Sumatera bag utara dan tengah, Babel, P.Kalimantan kecuali pesisir timur dan selatan, Sulbar bag timur, Sulteng bag tengah dan utara, Gorontalo bag barat, Manokwari, dan Papua bag utara dan tengah; Des I terjadi di Sumatera, Jabar, pesisir utara Jateng, Jatim bag barat, Kalimantan, sebagian besar P.Sulawesi, Halmahera bag utara, Papua Barat, dan Papua.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024