Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Maret 2021

  • Mohammad Ridwan
  • 13 Mar 2021
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Maret 2021

Analisis dan Prediksi ENSO dan IOD

Dasarian I Maret 2021, Indeks ENSO menunjukkan kondisi La Nina masih berlangsung, beberapa institusi memprediksi La Nina dapat bertahan hingga Juni 2021. Indeks Dipole Mode menunjukkan kondisi IOD Netral, dan diprediksi tetap pada kategori Netral setidaknya hingga Juni 2021.

Analisis dan Prediksi Angin 850mb

Aliran massa udara di wilayah Indonesia umumnya didominasi angin baratan. Daerah belokan angin terjadi di sekitar garis ekuator. Zona konvergensi terbentuk di Pulau Jawa memanjang ke timur hingga Papua bag. Selatan. Kecepatan angin umumnya relatif lebih kuat dibanding normalnya. Pada dasarian II Maret 2021, aliran massa udara di seluruh wilayah Indonesia masih didominasi angin baratan. Zona konvergensi diprediksi terjadi dari Sumatera bagian Tengah, Kalimantan, Sulawesi memanjang ke timur hingga Papua.

Analisis OLR

Daerah pembentukan awan terjadi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, kecuali wilayah Sumatera bagian tengah hingga utara, Kalimantan bagian utara, Bali dan Nusa Tenggara. Tutupan awan di wilayah Indonesia umumnya lebih sedikit daripada normalnya.

Analisis dan Prediksi MJO

Analisis pada tanggal 10 Maret 2021 menunjukkan MJO aktif dan diprediksi tetap aktif hingga dasarian III Maret 2021 di Fase 1. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, wilayah kering (subsiden) sudah memasuki wilayah Indonesia pada dasarian I Maret 2021 kemudian diprediksi semakin menguat dan mondominasi wilayah Indonesia hingga dasarian III Maret 2021.

Analisis dan Prediksi Kelembapan Udara Relatif (RH)

Kelembapan udara relatif (relative humidity) pada lapisan permukaan umumnya di atas 80%. Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan umumnya diprediksi sekitar 80% hingga Dasarian I April 2021.

Analisis dan Prediksi Suhu

Dasarian I Maret 2021, suhu rata-rata permukaan berkisar 22-280C dan diprediksi dasarian II Maret s.d. I April 2021 umumnya berkisar 22-280C. Suhu minimum diprediksi umumnya berkisar 22-270C dan suhu maksimum diprediksi umumnya berkisar 26-310C.

Analisis Curah Hujan Dasarian I Maret 2021: umumnya curah hujan pada Dasarian I Maret 2021 berada kriteria Rendah-Menengah (0-150 mm/dasarian). Curah hujan tinggi (>150 mm/dasarian) terjadi di P.Nias, Riau bagian timur, sebagian besar Sumatera Barat, Jambi bagian barat, Bengkulu bagian utara, Sumatera Selatan bagian selatan, Lampung bagian tengah, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian barat, Jawa Timur bagian utara, sebagian besar Bali, sebagian NTT, Kalimantan Barat bagian barat, Kalimantan Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan bagian timur, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara bagian tengah, dan sebagian Papua. Sifat hujan pada Dasarian I Maret 2021 umumnya Bawah Normal - Normal. Sifat hujan Atas Normal terjadi di sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat, sebagian Jambi, sebagian Bengkulu, sebagian Sumatera Selatan, Lampung bagian tengah, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian NTB, sebagian NTT, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur bagian timur, sebagian besar P.Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian besar Papua Barat dan sebagian Papua.

Analisis Perkembangan Musim Hujan Dasarian I Maret 2021: Berdasarkan jumlah ZOM, 96.78% wilayah Indonesia sudah masuk musim hujan. Wilayah yang sedang mengalami musim hujan meliputi P. Sumatera, P. Bangka, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, P. Kalimantan, sebagian besar Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan bagian barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara bagian utara, sebagian besar Maluku, Papua Barat dan Papua.

Prakiraan Curah Hujan Dasarian Maret II - April I 2021:

Pada Mar II - Apr I 2021 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria rendah hingga menengah (0 - 150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi (> 150 mm/dasarian) pada Mar II meliputi Papua Barat bagian timur dan Papua bagian tengah; pada Mar III meliputi Aceh bagian barat, Sumatera Utara bagian barat, Jambi bagian barat, Kalimantan Barat bagian timur, Kalimantan Timur bagian barat, Kalimantan Utara bagian barat, Sulawesi Selatan bagian utara, Papua Barat bagian utara dan Papua bagian tengah; pada April I meliputi Sulawesi Tengah bagian tengah, Papua Barat bagian utara dan Papua bagian tengah.

Prakiraan Curah Hujan Atas 300 mm/bulan untuk Bulan April - September 2021:

Pada bulan April - Mei berpeluang terjadi di sebagian Aceh, sebagian Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian utara, Pulau Sulawesi bagian tengah dan utara, sebagian Kepulauan Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua. Pada bulan Juni - Agustus berpeluang terjadi di Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian tengah. Pada bulan September berpeluang terjadi di sebagian besar Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Kalimantan Utara, dan sebagian besar Pulau Papua.

Prakiraan Puncak Musim Hujan perlu diwaspadai pada Maret 2021 di Sulawesi dan Kalimantan.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024