Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Juli 2021

  • Kukuh Prasetyaningtyas
  • 13 Jul 2021
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Juli 2021

Analisis dan Prediksi ENSO dan IOD : Dasarian I Juli 2021, indeks ENSO menunjukkan kondisi netral, sebagian besar institusi memprediksi kondisi netral setidaknya berlangsung hingga awal tahun 2022. Indeks Dipole Mode menunjukkan kondisi IOD netral, dan diprediksi masih berlangsung hingga awal tahun 2022.

Analisis dan Prediksi Angin 850mb : Dasarian I Juli 2021, aliran massa udara di wilayah Indonesia umumnya didominasi angin timuran kecuali wilayah Sumatera bagian tengah hingga utara. Terdapat pola siklonal di Samudera Hindia barat Sumatera dan utara Sulawesi-Maluku (wilayah timur Filipina), kecepatan angin umumnya relatif lebih kuat dibandingkan dengan normalnya. Dasarian II Juli 2021, aliran massa udara di wilayah Indonesia bagian selatan equator diprediksi masih didominasi angin timuran.

Analisis OLR : Daerah pembentukan awan terjadi di wilayah utara equator yaitu Sumatera bagian utara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Tutupan awan di wilayah Indonesia umumnya lebih banyak dibandingkan dengan klimatologisnya, kecuali Sumatera bagian tengah hingga Selatan dan Jawa.

Analisis dan Prediksi MJO : Analisis pada tanggal 10 Juli 2021 menunjukkan MJO aktif pada Fase 3 dan diprediksi masih akan aktif bergerak Fase 2-4 pada awal dasarian II Juli, kemudian tidak aktif hingga pertengahan dasarian III Juli 2021. ?Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, wilayah konvektif (basah) mulai memasuki wilayah Indonesia bagian barat pada akhir dasarian I Juli 2021 dan bergerak ke arah timur hingga pertengahan dasarian II Juli 2021.

Analisis dan Prediksi Kelembapan Udara Relatif (RH) : Dasarian I Juli 2021, kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan umumnya di atas 85%. Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan umumnya diprediksi diatas 80% hingga Dasarian I Agustus 2021.

Analisis dan Prediksi Suhu : Dasarian I Juli 2021, suhu rata-rata permukaan berkisar 21-27°C dan diprediksi dasarian II Juli s.d. I Agustus 2021 berkisar 21-29°C. Suhu minimum diprediksi berkisar 21-27°C dan suhu maksimum diprediksi umumnya berkisar 24-32°C.

Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis : Beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada klasifikasi siaga hingga awas untuk dua dasarian kedepan.

Analisis Curah Hujan Dasarian I Juli 2021 : Umumnya curah hujan pada Dasarian I Juli 2021 berada kriteria Rendah hingga Menengah (0 - 150 mm/dasarian). Curah hujan tinggi dan sangat tinggi (> 150 mm/dasarian) terjadi di Sumatera Utara bagian barat, Maluku bagian timur, dan sebagian kecil Papua. Sifat hujan pada Dasarian I Juli 2021 umumnya Normal - Atas Normal. Sifat hujan Bawah Normal terjadi di sebagian Sumatera Selatan bagian utara, Jambi bagian selatan, sebagian kecil Lampung, Kalimantan Barat bagian utara,dan sebagian Papua Barat dan sebagian Papua.

Analisis Perkembangan Musim Kemarau Dasarian I Juli 2021 : Berdasarkan jumlah ZOM, sebanyak 67.54% wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau. Wilayah yang sedang mengalami musim kemarau meliputi Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, Riau bagian utara, Jambi bagian barat dan timur, Sumatera Selatan bagian selatan, sebagian besar Lampung, sebagian Bangka Belitung, sebagian Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur bagian selatan, Sulawesi Selatan bagian barat, Sulawesi Barat bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan Papua bagian selatan.

Prakiraan Curah Hujan Dasarian II Juli - I Agustus 2021 : Pada Jul II - Agt I 2021 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria rendah hingga menengah (0 - 150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi (> 150 mm/dasarian) pada Jul II meliputi Pulau Sulawesi bagian tengah, sebagian Maluku, Papua Barat bagian utara dan Papua bagian tengah. Pada Jul III - Ags I meliputi Papua Barat bagian utara dan Papua bagian tengah.

Prakiraan Curah Hujan Atas 300 mm/bulan untuk Bulan Agustus 2021 - Januari 2022 : Pada Agustus curah hujan >300 mm/bulan berpeluang terjadi di Sebagian Sumatera Barat dan Bengkulu, Kalimantan Utara bagian utara, Kalimantan Barat bagian timur, sebagian Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah, sebagian Maluku Utara, sebagian besar Papua Barat, dan Papua bagian tengah. Pada September - November curah hujan >300 mm/bulan berpeluang terjadi Aceh, sebagian Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sebagian Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Papua Barat, dan Sebagian Papua. Pada Desember - Januari curah hujan >300 mm/bulan berpeluang terjadi Sumatera bagian utara dan barat, sebagian Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat, sebagian Sulawesi, Papua Barat, dan sebagian besar Papua.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024