Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Juli 2020

  • Dedy Banurea
  • 13 Jul 2020
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Juli 2020

  • Analisis Curah Hujan Juni 2020 : Umumnya curah hujan bulan Juni 2020 berada kriteria menengah (100 - 300 mm/bulan) hingga tinggi (300 -500 mm/bulan). Curah hujan rendah (<100 mm/bulan) terjadi di Sumut bagian tengah, Riau bag tengah, Jambi bag tengah, Sumsel bag selatan, Lampung bag utara, sebagian besar.Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalsel bag barat, Sulbar bag selatan, Sulsel bag selatan, Maluku bag selatan, Pabar bag timur, Papua bag utara dan selatan.
  • Analisis Curah Hujan pada Dasarian I Juli 2020 : Umumnya curah hujan pada dasarian I Juli 2020 berada kriteria rendah (0 - 50 mm/dasarian). Curah hujan tinggi (>150 mm/dasarian) terjadi di Kalbar bag timur, Kalsel bag utara, Kaltim bag utara, Sulut, Sulteng bag selatan, Sulsel bag utara, Pabar bag barat dan Papua bag barat. Curah hujan menengah (50-150 mm/dasarian) terjadi di Aceh bag utara, Sumut bag selatan, Sumbar bag utara, Riau bag utara, Lampung bag timur, Kalbar bag tengah, Kalteng bag barat, Sulsel bag tengah, Sultra bag timur, Sebagian Maluku, dan Malut. Sifat hujan pada dasarian I Juli 2020 umumnya normal hingga atas normal. Sifat hujan bawah normal terjadi Aceh bag selatan, Sumut bag utara, Riau bag tengah, Sumbar bag selatan, Jambi bag utara, Banten, Kaltara bag utara, Sulsel bag selatan, Pabar bag tengah, dan Papua bag utara.
  • Analisis Perkembangan Musim Kemarau sampai dasarian I Juli 2020: Berdasarkan jumlah ZOM, 64.04% wilayah Indonesia telah masuk musim kemarau sedangkan 35.96% wilayah masih mengalami musim hujan. Wilayah yang telah memasuki musim kemarau meliputi pesisir timur Aceh, sebagian Sumut, Riau bag timur, Jambi bag timur, pesisir utara Banten, DKI Jakarta, sebagian Jabar, sebagian besar Jateng, Jatim, sebagian besar Bali, NTB, NTT, Kalsel bag barat, Kalteng bag timur, Sulbar bag selatan, Pesisir barat Sulsel, Sultra bag selatan, sebagian Maluku bag barat, Pabar bagian timur dan sebagian Papua.
  • Prakiraan Curah Hujan Dasarian Juli II - Agustus I 2020 : Pada Juli II - Agustus I 2020 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria rendah (0 - 50 mm/dasarian) hingga menengah (50 - 150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi pada Juli II berada di Kalbar bag timur, Sulbar, Sulteng bag timur, Sultra bag utara, Pabar bag utara dan Papua bag tengah; pada Juli III berada di pesisir barat Sumut, pesisir barat Aceh-Sumbar, Kalbar bag Utara, Sulbar, Sulteng bag timur dan barat, Gorontalao bag barat, Maluku bag barat, Pabar bag utara dan Papua bag tengah; pada Agustus I berada di Pabar bag utara dan Papua bag tengah.
  • Prakiraan Hujan diatas 300 mm/bulan :

Agustus 2020 : di Aceh bag selatan, Kaltara bag utara, Sulbar, Sulteng bag selatan, sebagian Maluku Utara, Pabar, dan Papua bag tengah.

September 2020 : Aceh dan pesisir barat Sumatera hingga Sumbar, Kalbar bag timur, Sulbar, Sulteng bag selatan, Pabar dan Papua bag tengah.

Oktober 2020 : di Aceh, Sumut, pesisir barat Sumbar hingga Bengkulu, Kalbar bag timur, Kaltara bag utara, Sulbar, Sulteng bag selatan, Pabar dan Papua bag tengah.

November 2020 : di Aceh, pesisir barat Sumut hingga Lampung, Jabar bag selatan, Kalbar bag timur dan barat, Kaltara bag tengah, Kaltim bag utara, Sulbar, Sulteng bag Selatan, Pabar, dan Papua bag tengah

Desember 2020 : di Aceh, pesisir barat Sumut hingga Lampung, Banten bag selatan, Jabar, Jateng bag tengah, Jatim bag tengah, sebagian NTT, Kalbar bag barat dan timur, Kaltim bag utara, Sulawesi bag tengah, Maluku bag barat, Pabar dan Papua.

Januari 2021 : di pesisir barat Aceh hingga Lampung, sebagian besar Jawa, sebagian NTB, sebagian NTT, Kaltim bag utara, Sulawesi bag tengah, Maluku bag barat, Pabar dan Papua.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • 127 km Tenggara KAB-MALANG-JATIM
  • tidak berpotensi TSUNAMI
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024