Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Agustus 2020

  • Kukuh Prasetyaningtyas
  • 13 Agu 2020
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Agustus 2020

Analisis dan Prediksi Angin 850mb : Aliran massa udara di wilayah Indonesia didominasi angin timuran utamanya daerah di selatan garis equator dan daerah belokan angin terjadi sepanjang ekuator. Dasarian I Agustus 2020 diprediksi masih didominasi angin timuran kecuali wilayah Sumatera bagian utara dengan daerah belokan angin terjadi disekitar utara ekuator.

Analisis dan Prediksi MJO : Analisis tanggal 9 Agustus 2020 menunjukkan MJO aktif di fase 5 (Benua Maritim) dan diprediksi tetap aktif hingga akhir dasarian II Agustus 2020 kemudian tidak aktif pada dasarian III Agustus 2020. Berdasarkan peta prediksi spasial OLR, wilayah sedikit lebih basah mendominasi sebagian wilayah Indonesia bagian utara hingga pertengahan dasarian II Agustus 2020 dan kemudian meluruh hingga awal dasarian III Agustus 2020 dengan Wilayah kering nampak pada sebagian wilayah di Sumatera dan Kalimantan.

Analisis dan Prediksi ENSO dan IOD : Dasarian I Agustus 2020, Indeks ENSO berada di bawah ambang La Nina, namun baru berlangsung satu dasarian. Terdapat peluang menuju La Nina Lemah - La Nina Moderat hingga periode DJF'21 (Desember 2020-Januari-Februari 2021). Indeks Dipole Mode saat ini berada pada kondisi netral dan diprediksi akan tetap netral hingga bulan Oktober kemudian DM negatif hingga Januari 2021.

Analisis OLR : Daerah pembentukan awan terjadi di Sumatera bagian utara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara dan Papua Barat. Dibandingkan dengan klimatologisnya, tutupan awan di wilayah Indonesia bagian utara umumnya lebih banyak.

Analisis dan Prediksi RH : Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan umumnya di atas 80%. Kelembapan dengan nilai di atas 90% teramati di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bag. tengah dan Papua. Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan diprediksi umumnya di atas 80% hingga Dasarian I September 2020. Nilai RH di atas 90% diprakirakan berada di beberapa bagian Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Analisis dan Prediksi Suhu : Dasarian I Agustus 2020, suhu rata-rata permukaan berkisar 24-28 derajat Celcius. Pada Agustus II-September I 2020, suhu rata-rata permukaan diprediksi berkisar 22-26 derajat Celcius, suhu minimum diprediksi umumnya berkisar 18-24 derajat Celcius dan suhu maksimum diprediksi umumnya berkisar 28-34 derajat Celcius.

Peringatan Dini : Peringatan Dini Iklim Ekstrem di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua berpotensi kekeringan meteorologis pada klasifikasi Waspada, Siaga dan Awas hingga dua dasarian kedepan.

Analisis Curah Hujan pada Dasarian I Agustus 2020 : Umumnya curah hujan pada Dasarian I Agustus 2020 berada kriteria rendah (< 50 mm/dasarian). Curah hujan tinggi (>150 mm/dasarian) terjadi di Kaltim bag. selatan, Kaltara bag. tengah, Sulteng bag. tengah, Fak fak dan Tanah Merah. Curah hujan menengah (50-150 mm/dasarian) terjadi di Sumut bag. timur, sebagian Sumbar, sebagian Riau, Jambi bag. utara, Sumsel bag. barat, Lampung bag. barat, Kalbar bag. selatan, Kalteng bag. utara dan selatan, Kalsel, sebagian Kaltim, sebagian Kaltara, Sulsel bag. utara, sebagian Sulteng, sebagian Sulbar, Malut, P. Seram, sebagian Pabar dan sebagian Papua.

Analisis Perkembangan Musim Kemarau sampai dasarian I AGUSTUS 2020 : Berdasarkan jumlah ZOM, 80,41% wilayah Indonesia telah masuk musim kemarau sedangkan 19,59% wilayah masih mengalami musim hujan. Wilayah yang telah memasuki musim kemarau meliputi Aceh, sebagian besar Sumut, sebagian besar Riau, Jambi bag barat, utara dan selatan, Sumbar bag utara, sebagian besar Sumsel, sebagian besar Lampung, Banten, DKI, sebagian besar Jabar, sebagian besar Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalteng bag selatan, Kalsel bag barat, Kaltim bag barat, utara-timur, Pesisir barat Sulsel, Sulbar bag selatan, Sulteng bag utara dan selatan, Sultra bag selatan, Sulut bag utara, Maluku bagian barat dan selatan, Papua Barat bagian timur, dan Papua bagian utara-tengah-selatan.

Prakiraan Curah Hujan Dasarian II Agustus - I September 2020 : Pada Agustus II - September I 2020 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria rendah (0 - 50 mm/dasarian) hingga menengah (50 - 150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi pada Agustus II berada di Kalbar bagian utara, Sulteng bag utara, Pabar bag utara, dan Papua bag tengah; pada Agustus III berada di pesisir selatan Aceh- Sumut- Sumbar, Kalbar bag utara, Sulbar, Sulteng bag barat, Pabar bag utara dan Papua bag tengah; pada September I berada di pesisir selatan Aceh- Sumut- Sumbar, Kalbar bag timur, Sulbar, Sulteng bag barat, Pabar bag barat dan Papua bag tengah.

Peluang Curah Hujan di bawah 50 mm/Dasarian Agt II - Sep I 2020 : Pada Agt II terjadi di sebagian besar Sumsel bag selatan, Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, pesisir selatan Kalteng-Kalsel, Sulsel bag selatan, Sultra bag selatan, dan Papua bag selatan. Pada Agt III terjadi Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulsel bag selatan, Sultra bag selatan, Maluku bag tenggara dan Papua bag selatan ; pada Sep I terjadi di Sumsel bag selatan, Lampung bag utara, sebagian besar Jawa, Bali, NTB, NTT, pesisir selatan Kalteng-Kaltim, Sulsel bag selatan, Sultra bag selatan, dan Papua bag selatan.

Prakiraan Hujan Bulan September 2020 - Februari 2021 :
  • September 2020 : curah hujan < 50 mm masih berpeluang terjadi di Jawa Barat bagian utara, Jawa tengah bagian timur, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan bagian selatan, Maluku bagian tenggara, dan Papua bagian selatan.
  • Oktober 2020 : curah hujan < 50 mm masih berpeluang terjadi di Jawa tengah bagian timur, Jawa Timur bagian utara, sebagian NTB, sebagian NTT, Maluku bagian tenggara, dan Papua bagian selatan.
  • November 2020 : curah hujan < 50 mm masih berpeluang terjadi di sebagian sebagina NTB, sebagian NTT, dan Maluku bagian tenggara.
  • Desember 2020 : curah hujan < 50 mm tidak berpeluang terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
  • Januari 2021 : curah hujan < 50 mm tidak berpeluang terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
  • Februari 2021 : curah hujan < 50 mm masih berpeluang terjadi di Aceh bagian utara dan pesisir timur Aceh.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024