Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian III Maret 2018

  • Mohammad Ridwan
  • 03 Apr 2018
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian III Maret 2018

PREDIKSI DASARIAN I APRIL 2018

  • Aliran massa udara di Indonesia masih didominasi Angin Baratan, kecuali di Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara mulai memasuki Angin Timuran. Pertemuan angin terjadi di Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian tengah hingga Maluku, serta belokan angin terjadi di Sumatera, Kalimantan Utara dan Sulawesi bagian selatan yang mendukung pembentukan awan hujan di wilayah tersebut. Indeks Monsun Asia dan Autralia mengindikasikan peluang pengurangan curah hujan di Kalimantan bagian barat, Sumatera bagian tengah dan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Dampak MJO yang aktif di perairan Afrika menyebabkan wilayah perairan Indonesia didominasi wilayah subsiden yang menghambat pembentukan awan hujan dari proses konvektif.
  • Waspada Kurangnya Curah Hujan Dasarian I AprilCurah Hujan rendah berpeluang disekitar Aceh bag. utara, Sumut bag. utara, Riau, Kalimantan Barat bagian barat, Kalimantan Utara bag. barat, P. Halmahera bag. timur Laut, Sulawesi Selatan bagian selatan (Bulukumba), Jawa Timur bag. timur dan Nusa Tenggara.
  • Waspada Curah Hujan TinggiBerpeluang di sekitar Takengon, Sulawesi bagian tengah sekitar Mamasa sampai Tentena, P Buru bag. selatan, Seram bag. tengah. Papua Barat bag. tengah dan sekitar Pegunungan Jayawijaya sampai Tanah merah Papua.

PREDIKSI BULAN APRIL 2018

  • Prediksi Curah Hujan pada kisaran menengah hingga tinggi (200 - 400mm/bulan). Curah Hujan tinggi berpeluang terjadi di pesisir Barat Aceh dan Sumatera Utara, Bengkulu, Jabar bagian tengah, Kalimantan bagian tengah dan utara, Sulawesi bagian tengah dan utara, Maluku Utara dan Papua. Curah Hujan sangat tinggi (>500mm/bulan) berpeluang terjadi pegunungan Jayawijaya Papua. Sifat Hujan didominasi Normal sampai Atas Normal. Wilayah Sumatera bag utara, Banten dan Jabar bagian utara, Jatim bagian tengah, Kaltim dan Kaltara, sebagaian besar Sulawesi, Maluku dan Papua Barat, sekitar pegunungan Jayawijaya merupakan daerah yang diprediksi akan memiliki sifat hujan Atas Normal.
  • Anomali SST Indonesia diprediksi netral dan menuju ke hangat hingga September; Wilayah Nino3.4 masih berada dalam kondisi anomali negatif dan menuju netral; dan Wilayah Samudera Hindia diprediksi menuju netral hingga September.
  • Indeks ENSO diprediksi dalam kondisi La Nina Lemah sampai April 2018 dan kembali ke netral. Dipole Mode Index (DMI) diprediksi Netral hingga hingga negatif di pertengahan tahun 2018.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024