Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian II Juli 2017

  • Mohammad Ridwan
  • 24 Jul 2017
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian II Juli 2017

PREDIKSI DASARIAN III JULI 2017

  • Aliran massa udara didominasi Angin Timuran, kecuali di Sumatera bag. Utara dan Kalimantan bag. Utara angin baratan. Terjadi pusaran angin di bag.barat Kalimantan dan belokan angin di bagian tengah Sumatera dan Maluku, yang berpeluang terhadap pembentukan awan hujan. Namun tidak didukung dengan pembentukan awan hujan karena Monsun Asia yang melemah dan Monsun Autralia yang menguat. Anomali SST positif mendominasi di sekitar Sumatera, NTT, Maluku dan Papua yang cenderung meningkatkan peluang curah hujan. Wilayah konvektif terdapat di sebagian besar Indonesia bagian barat yang berpeluang meningkatkan pembentukan awan hujan.
  • Prediksi curah hujan das III Juli wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua bagian selatan dan utara pada kisaran rendah sampai menengah (10-100mm/Das), sedangkan di wilayah Papua bagian tengah pada kisaran Menengah sampai Tinggi (50-300mm/Das). Sifat Hujan didominasi Atas Normal (AN) hampir disebagian besar wilayah Indonesia kecuali Sebagian besar Sumatera, sebagian kecil Jawa, Kalimantan dan Papua bagian selatan relatif kering/ Bawah Normal (BN).
  • Wilayah yang mengalami Hari Tanpa hujan >60 Hari : Kupang (82 hari), Kedungdung (73 hari), Stamet Maumere (73 hari), Waigete (78 hari), Melolo (72 hari), Temu/Kanatang (68 hari), Kawangu (94 hari), Kamanggih (64 hari), Daieko (77 hari), Papela (93 hari), Sikumana (83 hari), Sulamu (111 hari), Batu Putih (77 hari), Fatulotu (78 hari), Sape 2 (94 hari), Labuhan Pandan (74 hari).
  • Daerah yang berpotensi curah hujan tinggi DAS III Juli berpeluang disekitar : Aceh Barat Daya, Mamuju, Sulawesi Tengah bagian Timur Laut, Pulau Seram dan Pulau Buru bagian Selatan dan sebagian besar Papua terutama sekitar kepala burung dan sekitar Pegunungan Jayawijaya.

PREDIKSI BULAN AGUSTUS 2017

Prediksi Curah Hujan. Sebagian besar Curah hujan pada kisaran rendah sampai menengah (20-150mm/bulan) mulai bagian Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan dan Papua bagian selatan, sedangkan di wilayah Sulawesi bagian utara, Maluku dan Papua pada kisaran Menengah sampai tinggi (100-400mm/bulan). Prediksi Sifat Hujan didominasi Atas Normal, kecuali di NTT dan Papua bagian Selatan.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024