Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian I September 2018

  • Mohammad Ridwan
  • 13 Sep 2018
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian I September 2018

PREDIKSI DASARIAN II SEPTEMBER 2018Aliran massa udara masih didominasi Angin Timuran hampir diseluruh wilayah Indonesia, kecuali di Sumatera bag. tengah sampai utara, Kalimantan utara. Pola siklonik berpeluang terbentuk di perairan barat Sumatera bag.barat, belokan angin berpeluang terjadi di Sumatera bag. tengah, Kalimantan bag.utara dan Maluku Utara yang mendukung pembentukan awan hujan di wilayah tersebut. Berdasarkan indek monsun berpeluang penambahan pembentukan awan hujan di sekitar Kalimantan bagian barat, Sumatera bagian tengah dan Jawa bagian barat. Berdasarkan SST peluang curah hujan masih tinggi disekitar Maluku dan Papua Barat.

Waspada Kurangnya Curah Hujan Dasarian II September 2018Wilayah dengan curah hujan rendah <50 mm terdapat bag.selatan Sumatera mulai Riau Selatan sampai Lampung, Babel, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan bag.timur , sebagian besar Sulawesi (kecuali Sulawesi Barat dan bagian tengah Sulawesi Tengah, dan sekitar Toli-toil), P. Buru Maluku dan bag. selatan Papua sekitar Merauke.

HTH Ekstrim > 100 hari, dan HTH Tertinggi.Monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) dengan HTH >100 hari tercatat di Provinsi: Bali : Buleleng/gretek (164 Hari), Karangasem/Tianyar (160Hari), DI Yogyakarta : Bantul (138Hari), Gunung Kidul/Tanjungsari (125Hari), Jawa Barat : Wanasaba Kidul (137 Hari), Cangkol (137 hari), Jawa Tengah : Polokerto (138 Hari), Sokowati(112 Hari), Jawa Timur : Sumberejo (155 Hari), Klengen (145 Hari) Kwd Grati (154 hari), Nusa Tenggara Barat : Batunyala (161 Hari), Madapangga (161 Hari), Sebewe Moyo Utara (152 hari), Nusa Tenggara Timur : Nagekeo/Danga (184 hari), Rendu (163 hari).

PREDIKSI HUJAN BULAN SEPTEMBER 2018Umumnya prakiraan curah hujan pada bulan September 2018 pada kisaran rendah-menengah (0-300mm/bulan). Daerah dengan curah hujan > 300 mm (Tinggi - Sangat Tinggi) terjadi di sebagian kecil Sumatera (Aceh bag.timur, Sumut bag.utara, Sumbar bag. barat), Kaltara bag.utara, Papua Barat, sekitar pegunungan Jayawijaya Papua. Sedangkan curah hujan dengan kriteria rendah <100 mm/bulan berpeluang terjadi di bag.selatan Sumatera mulai dari Sumsel, selatan Bengkulu dan Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,, Kalimantan bag.selatan (bag.selatan Kalbar, kalteng, Kalsel dan timur Kaltim), sebagian besar Sulawesi kecuali Sulbar dan bag.tengah Sulteng, bagian selatan Papua Barat dan Papua. Sifat Hujan didominasi Bawah Normal. Curah hujan AN berpeluang terjadi Sumatera bag.tengah sampai utara, Kaltim bagian utara, Kaltara, Sulut, Gorontalo, Sulbar, Sulteng bag.tengah, P Buru, sekitar Kendari, Papua Barat bag.utara, Papua bag. Utara dan sekitar Jayawijaya.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024