Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian I September 2017

  • Mohammad Ridwan
  • 13 Sep 2017
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian I September 2017

PREDIKSI DASARIAN II SEPTEMBER 2017

Aliran massa udara di wilayah Indonesia masih tetap didominasi Angin Timuran, kecuali di Sumatera bag.utara dan Kalimantan bag.utara. Terdapat belokan angin di perairan barat Sumatera bag.tengah sampai Kalimantan Timur yang mendukung pembentukan awan hujan. Berdasarkan indek Monsun Asia Peluang pembentukan awan yang berpotensi berkurangnya curah hujan di sekitar Kalimantan bag.barat, Sumatera bag.tengah dan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Anomali SST positif mendominasi di bagian timur Laut perairan Maliku dan utara Papua bagian utara, yang cenderung meningkatkan penguapan untuk pembentukan awan hujan.

Prediksi curah hujan daasarian, Curah hujan pada kisaran rendah sampai menengah, kecuali curah hujan masih tinggi (>150mm/Das), sekitar pesisir selatan Sumatera mulai Aceh sampai Bengkulu Utara, Kalbar bagian timur laut, Sulbar bag.utara, Papua Barat bagian Tengah, dan bagian selatan Pegunungan Jayawijaya, Papua Curah hujan kisaran rendah (<50mm/Das) terdapat di Sumatera bag.selatan, Jawa, Bali Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan bag.selatan P.Buton, P. Muna dan Bag.selatan, Meuroke Papua.

Wilayah yang mengalami Hari Tanpa hujan >50 Hari sampai dengan tanggal 10 September :
SUMATERA UTARA: Karo (53), DKI JAKARTA : Jakarta Utara (60), Jakarta Pusat (51) BANTEN : Serang(50), Tangerang (75) JAWA BARAT : Bandung(52), Cirebon(53), Indramayu(74), Karawang(50), Majalengka(53), Subang(76), Sumedang(70), Purwakarta(71) DIY YOGJAKARTA : Bantul(75),Gunung Kidul(53),Kulon Progo (53),Sleman(53) JAWA TENGAH : Banyumas(76), Blora(51),Boyolali(54),Brebes(53) Demak(50),Grobogan(74), Klaten(75), Pati(51),Semarang(54), JAWA TIMUR : Bangkalan(125),Banyuwangi(80), Bojonegoro(53), Bondowoso(90), Gresik(103), Jember(81), Jombang(53), Magetan(51), Malang(75), Mojokerto(104), Sidoarjo(53), Probolinggo(104) BALI : Buleleng(89),Badung(57),Bangli(62), Karangasem(71),Klungkung(52) NTB : Bima(88), Dompu(89),Lombok Barat(62), Lombok Timur(123),Lombok Utara(81),Sumbawa(104),Kota Bima(66), NTT : Ende (78), Kota Kupang (145), Manggarai Timur(53), Rote Ndao(144), Sumba Timur(146), Timor Tengah Selatan(116), Timor Tengah Utara(91), Alor(90), Belu(133), Flores Timur(65), Kupang(163), Kupang(66), Nagekeo(77), Rote Ndao(129), Sumba Barat Daya(62).

Daerah yang berpotensi curah hujan tinggi DAS II September :
berpeluang disekitar : Bagian Utara Sumatera (aceh, Sumut sampai Sumatera Barat termasuk Kepulauan dibag.barat Sumatera) bag.utara Kalimantan, Sulawesi Barat dan Tengah bag.barat, sekitar Tolo-Toli, Gorontalo bag.barat, Sulut bag.selatan, sekitar Sofifi P.Halmahera, Papua Barat bag.kepala dan sekitar Pegunungan Jayawijaya.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024