Ajarkan Mitigasi Kebencanaan kepada Generasi Muda, BMKG Bandung Gelar Kegiatan BMKG Goes To School

  • Miftah Fauziah
  • 11 Mar 2023
Ajarkan Mitigasi Kebencanaan kepada Generasi Muda, BMKG Bandung Gelar Kegiatan BMKG Goes To School

Bandung - BMKG Bandung sukses menggelar rangkaian kegiatan BMKG Goes To School yang dilakukan di dua sekolah, yaitu SMKN 1 Katapang dan SMAN 1 Bandung, pada Kamis (9/3/2023). Kegiatan ini diselenggarakan sebagai langkah untuk mengedukasi siswa dan siswi mengenai mitigasi kebencanaan. Tidak hanya itu, BMKG Bandung juga memberikan pengetahuan mengenai potensi bencana gempabumi, khususnya di wilayah Jawa Barat.

Dihadiri oleh 1200 siswa SMKN 1 Katapang, BMKG Bandung memaparkan berbagai materi kebencanaan kepada para siswa. Antusiasme siswa SMKN 1 Katapang terbilang cukup tinggi pada kegiatan BMKG Goes To School ini. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan oleh para siswa kepada pihak BMKG Bandung. Tidak hanya itu, para siswa juga aktif berdiskusi mengenai materi yang sedang disampaikan.

Setelah mendapatkan edukasi mengenai potensi dan mitigasi bencana, kegiatan kemudian dilanjut dengan simulasi bencana gempabumi signifikan. Dalam kesempatan ini, para siswa dilatih untuk tanggap bencana gempabumi. Selain itu, siswa SMKN 1 Katapang juga dibimbing untuk mengikuti langkah-langkah mitigasi jika terjadi gempabumi. Langkah tersebut di antaranya adalah melindungi kepala dan berlindung di bawah meja.

Bersamaan dengan kegiatan di SMKN 1 Katapang, BMKG Goes To School juga diselenggarakan di SMAN 1 Bandung. Kegiatan ini dihadiri oleh 701 siswa yang sangat antusias menerima ilmu seputar kebencanaan yang dibawakan oleh pihak BMKG Bandung. Kepala Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu menghadiri secara langsung kegiatan di SMAN 1 Bandung. Ia memberikan semangat dan motivasi kepada para siswa yang mengikuti kegiatan ini.

"Saya mengapresiasi semangat dan antusiasme siswa dan siswi dalam mengikuti rangkaian acara BMKG Goes To School. Semoga ilmu yang diberikan oleh pihak kami bermanfaat bagi para siswa, dan mereka dapat menerapkan langkah-langkah mitigasi bencana yang telah diajarkan oleh pihak BMKG," ujar Teguh.

Seperti halnya yang terjadi di SMAN 1 Katapang, siswa dan siswi SMAN 1 Bandung mendapat edukasi yang sama mengenai iklim, cuaca, serta potensi gempabumi di wilayah Jawa Barat. BMKG Bandung turut melatih siswa SMAN 1 Bandung agar tanggap bencana dan mengikuti langkah mitigasi bencana. Para siswa juga memiliki kesempatan dalam simulasi bencana gempabumi signifikan.

Tidak hanya itu, di hari yang sama, BMKG Bandung pun menerima kunjungan mahasiswa STT Mandala Bandung. Sebanyak 30 mahasiswa mengunjungi BMKG Bandung untuk menggali informasi mengenai cuaca dan iklim. Mahasiswa pun juga berkesempatan untuk berkunjung ke taman alat yang ada di BMKG Bandung. Kunjungan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada para mahasiswa tentang tugas dan fungsi BMKG dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat.(*)

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024