Penandatanganan Kerjasama Penanggulangan Bencana Antara BMKG-BPBD Kota Pariaman

  • Rozar Putratama
  • 14 Sep 2017
Penandatanganan Kerjasama Penanggulangan Bencana  Antara BMKG-BPBD Kota Pariaman

Pariaman - Rabu (13/09/2017), dalam rangka Penyusunan Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (PRB) berdasarkan Indikator Ketahanan Daerah (IKD) di kota Pariaman, Pemerintah Kota Pariaman menyelenggarakan rapat koordinasi pembentukan Tim koordinasi penanggulangan bencana kota Pariaman bertempat di Aula Balai Kota Pariaman, bersamaan dengan rapat koordinasi tsb dilakukan penandatangan kerjasama antara BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang dengan BPBD Kota Pariaman tentang Pemanfaatan Informasi BMKG khususnya informasi gempabumi dan warning tsunami untuk penanggulangan bencana diwilayah Kota Pariaman.

Perjanjian kerjasama tersebut ditandatangani oleh Rahmat Triyono, ST,Dipl.Seis, M.Sc selaku Kepala Stasiun Geofisika Silaing Bawah Padang Panjang dan Drs Yaminu Rizal, M.Si Selaku Kepala Pelaksana BPBD Kota Pariaman dan disaksikan oleh Walikota Pariaman Drs. H. Mukhlis Rahman, MM dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah kota Pariaman serta jajaran SKPD se kota Pariaman. Selesai penandatanganan kerjasama Kepala BMKG Padang Panjang menyerahkan rekaman seismograph gempabumi 30 September 2009 kepada walikota Pariaman untuk mengingat kembali betapa dahsyatnya gempabumi tsb yang gelombang gempanya tercatat oleh semua seismograph di seluruh Indonesia.

Kota Pariaman adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat yang memiliki luas wilayah 73.36 km2 dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan memiliki berbagai macam potensi bencana dan juga merupakan daerah yang rawan terhadap gempabumi khususnya gempabumi yang bersumber dari Sesar Mentawai dan subduksi Mentawai Megathrush karena secara geologis kota Pariaman merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Berdasarkan catatan gempabumi merusak diwilayah Pariaman pada tanggal 30 September 2009 telah terjadi gempabumi dengan magnitudo 7.9 yang goncangannya dirasakan di Pariaman, Padang dengan intensitas VII -VIII MMI. Dampak yang dirasakan akibat gempabumi ini cukup fatal khususnya di wilayah Pariaman yaitu 48 korban jiwa, 200 korban luka-luka, dan kerusakan puluhan ribu rumah penduduk.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024