333 Siswa Kunjungi Stasiun Geofisika Padang Panjang Tepat di Hari Meteorologi Dunia Ke-69

  • Rozar Putratama
  • 25 Mar 2019
333 Siswa Kunjungi Stasiun Geofisika Padang Panjang Tepat di Hari Meteorologi Dunia Ke-69

Padang Panjang, Sabtu (23/03), bertepatan di Hari Meteorologi Dunia ke-69, Stasiun Geofisika Padang Panjang menerima kunjungan edukasi 333 siswa yang berasal dari SMP Frater Kota Padang sebanyak 142 siswa serta 8 orang guru pendamping dan SD IT Cahaya Hati Kota Pariaman sebanyak 191 siswa beserta 30 Guru pendamping. Rombongan disambut oleh Kepala Sesi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Padang Panjang. Siswa-siswi dibagi menjadi dua sesi dalam pelaksanaannya.

Sesi pertama adalah SMP Frater yang dilaksanakan pada pukul 9.00-11.30 WIB. Kunjungan edukasi diawali dengan mendengarkan penjelasan mengenai gempabumi dan potensi gempabumi diwilayah Sumatera Barat disampaikan oleh Kepala Seksi Data dan Informasi, Ma'muri.S.Si,MTI. Setelah mendapat penjelasan siswa-siswi diajak berdiskusi dan tanya jawab. Selanjutnya siswa-siswi dibagi dua kelompok, kelompok pertama mengunjungi Ruang Operasional PGR VI untuk melihat dan mengetahui cara kerja peralatan geofisika yang disampaikan oleh Fitri Angriyani. Kelompok dua diajak untuk mengunjungi taman alat untuk melihat peralatan meteorologi dan klimatologi serta cara kerja peralatan yang disampaikan oleh Maulita Aristya Firmantari dan Yeni Kurniawati. Siswa-siswi diperbolehkan melihat secara dekat alat-alat pengamatan yang berada di Stasiun Geofisika Padang Panjang dengan tertib, untuk menerapkan pemahaman bahwa pentingnya peralatan BMKG untuk melakukan pengamatan MKG ,sehingga dapat dengan sadar untuk merawatnya bersama-sama.

Sesi kedua yaitu SD IT Cahaya Hati yang dilaksanakan pukul 13.00-15.30 WIB. Siswa dibagi menjadi dua kelompok. Kunjungan edukasi diawali dengan mendengarkan penjelasan mengenai Gempabumi dan potensi gempabumi diwilayah Sumatera Barat disampaikan oleh Kepala Seksi Data dan Informasi, Ma'muri.S.Si,MTI. Selanjutnya siswa dibagi dua kelompok, kelompok pertama mengunjungi Ruang operasional PGR VI untuk melihat dan mengetahui cara kerja peralatan geofisika yang disampaikan oleh Widya Sapta Rahayu, selain itu dijelaskan juga acara melakukan mitigasi dini ketika terjadi gempabumi dan tsunami mengingat lokasi tempat tinggal siswa-siswi SD IT Cahaya Hati mayoritas berada didekat pantai. Kelompok kedua diajak mengunjungi taman alat untuk mengetahui peralatan pengamatan cuaca dan iklim yang dijelaskan oleh Yeni Kurniawati dan Fitri Angriyani. Cuaca tidak mendukung ketika rombongan terakhir mengunjungi taman alat, akan tetapi tidak menyurutkan semangat siswa-siswi serta guru yang mendampigi dalam memperoleh pengetahuan tentang peralatan meteorologi dan klimatologi.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024