Tsunami Community Preparedness Training Course Tahun 2022

  • Rachmat Hidayat
  • 05 Des 2022
Tsunami Community Preparedness Training Course Tahun 2022

Jakarta - Senin (5/12/2022), Deputi Bidang Geofisika Suko Prajitno Adi membuka Pelatihan kesiapsiagaan Masyarakat Tsunami Tahun 2022 (Tsunami Community Preparedness Training Course Tahun 2022, bekerjasama antara BMKG Indonesia Specialized Training Center dengan Ocean Teacher Global Academy (OTGA) Sekretariat dari tanggal 5-11 Desember 2022 serta diikuti oleh perwakilan dari negara Bangladesh, Malaysia, Filipina, Seychelles dan indonesia di Auditorium BMKG Jakarta.

Bumi memiliki potensi bencana tsunami yang sangat besar, terutama di wilayah "Ring of Fire". Interaksi lempeng bum telah membentuk zona subduksi dan tumbukan, serta patahan aktif dan gunung berapi. Hal ini disampaikan Suko Prajitno Adi dalam sambutannya.

Terletak dekat dengan zona subduksi, tsunami seluas lautan dapat mempengaruhi Indonesia dan sekitarnya, seperti yang kita pelajari dari Gempa Aceh-Andaman 2004.Oleh karena itu, memang menjadi tanggung jawab kita untuk membangun kapasitas kita agar dapat secara tepat waktu memberi tahu negara-negara Samudra Hindia lainnya tentang kemungkinan ancaman tsunami.Dalam kaitan ini, keberadaan peringatan dini tsunami merupakan suatu keniscayaan untuk menyelamatkan nyawa dan kemiskinan. sambung Deputi.

Atas Kesadaran ini kemudian memprakarsai pembentukan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (InaTEWS) sebagai upaya bersama banyak organisasi, nasional, regional dan internasional, termasuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Dikembangkan awal 2005 (tepat setelah tsunami 2004), InaTEWS diluncurkan pada November 2008. Sistem ini telah diuji berkali-kali, secara alami dalam kondisi nyata ketika tsunami kecil terjadi serta berkali-kali, selama latihan reguler serta pengujian prosedur operasi standar. Kami belajar banyak dari pengalaman dan meningkatkan sistem berdasarkan pembelajaran kami

lebih lanjut, Kebutuhan pengembangan kapasitas kesiapsiagaan tsunami juga ditangkap oleh organisasi global. Pada tahun 2021, Majelis Komisi Oseanografi Antarpemerintah (IOC) UNESCO menyetujui pembentukan IOC-UNESCO Ocean Decade Tsunami Programme (ODTP), dengan tujuan membuat 100% masyarakat yang berisiko tsunami siap dan tangguh terhadap tsunami pada tahun 2030.

Merujuk pada tujuan yang sesuai dengan SDG's 2030, setelah mengikuti kursus ini, para peserta diharapkan memperoleh keterampilan untuk melibatkan pemuda, pemangku kepentingan, multi sektor dan pemimpin lokal untuk terlibat dalam sistem mitigasi tsunami di komunitas bahaya pesisir mereka.

Semoga pelatihan ini dapat mendukung pembentukan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi tsunami agar mampu mengurangi korban jiwa dan kerugian harta benda. tutupnya.

Pelatihan dilakukan di beberapa lokasi yakin di BMKG Pusat di Kemayoran Jakarta dan Gedung Serba Guna BMKG di Citeko untuk mengikuti pelatihan selama 3 hari, Adapun materi pelatihan antara lain Program Kesiapsiagaan Masyarakat Tsunami, Penyusunan Peta Bahaya Tsunami dan Evakuasi, Estimasi Risiko dan Identifikasi Sumber Daya, Materi Informasi dan Edukasi Tsunami Publik, Outreach dan Kegiatan Latihan, Merencanakan dan mengelola Tanggap Darurat dan Operasi. serta sharing session dari peserta masyarakat setempat tentang best practice Kesiapsiagaan Masyarakat Tsunami di wilayah masing-masing.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024