Sosialisasi Bagi Para KUPT dalam Kegiatan Rakorwil BBW I MKG

  • Rozar Putratama
  • 27 Mar 2019
Sosialisasi Bagi Para KUPT dalam Kegiatan Rakorwil BBW I MKG

Batam - Rabu (27/3), Usai pembukaan Rakorwil Balai Besar MKG Wilayah I Medan, sebelum penelaahan dilakukan sosialisasi - sosialisasi yang disampaikan kepada para UPT.

Dalam kesempatan ini, Kepala Biro Hukum dan Organisasi BMKG, Darwahyuniati menyampaikan laporan hasil Analisis Beban Kerja (ABK) BMKG tahun 2019. Darwahyuniati menjelaskan, dari hasil ABK yang telah dilakukan, terlihat bahwa sebagian besar unit kerja di BMKG masih kekurangan sumber daya manusia. Dari total kebutuhan pegawai BMKG sebanyak 7498 orang, baru terpenuhi kurang lebih 4219 orang. Artinya baru sekitar 56% yang terpenuhi dari total kebutuhan.

ABK ini nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun standar beban kerja jabatan, penyusunan rencana kebutuhan pegawai, serta pedoman pelaksanaan mutasi pegawai untuk dari unit kerja yang lebih ke unit kerja yang kurang, sesuai dengan analisis beban kerja yang telah dilaksanakan. Secara lebih luas, ABK akan digunakan untuk keperluan penataan/penyempurnaan struktur organisasi serta bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja di BMKG.

Dilanjutkan dengan presentasi Kepala Sub bagian hubungan Pers dan Media Dwi rini Endra Sari menguraikan peran penting humas sebagai jembatan antara organisasi/institusi dengan masyarakat/publik. BMKG merupakan institusi pemerintah yang berkaitan erat dengan penyampaian informasi kepada masyarakat sehingga diperlukan kemampuan komunikasi dan inovasi agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

Hal tersebut sesuai dengan arahan presiden RI Joko Widodo terkait komunikasi publik kementerian/lembaga. Humas pemerintah mengemban peran untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat sekaligus meningkatkan dukungan publik terhadap kinerja pemerintah. Ini merupakan fungsi humas pemerintah dalam hal manajemen informasi dan manajemen reputasi.

Lebih lanjut, Dwi rini menyampaikan apresiasi terhadap dukungan UPT BMKG di daerah dalam hal kehumasan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di daerah seperti sosialisasi/pelatihan, penyediaan informasi MKG melalui infografis/videografis, koordinasi antar sektor di daerah, serta penulisan berita, release, dan artikel merupakan bukti peran aktif UPT di daerah dalam mendukung kehumasan. Ke depan, diharapkan dapat diselenggarakan bimbingan teknis kepada pelaksana kehumasan di daerah agar kehumasan BMKG semakin berkembang.

Acara sosialisasi dilanjutkan dengan presentasi dari Inspektorat, Tim LPSE serta para Kepala UPT koordinator yang menyampaikan mengenai perkembangan penyerapan anggaran, serta strategi perencanaan anggaran untuk tahun 2020.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024