SLG Bangun Kesiapsiagaan Masyarakat Kaimana

  • Dian Endah
  • 10 Nov 2023
SLG Bangun Kesiapsiagaan Masyarakat Kaimana

Kaimana, 12 Oktober 2023 - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan edukasi sebagai upaya membangun kesiapsiagaan masyarakat Kabupaten Kaimana dalam menghadapi potensi gempabumi dan tsunami melalui kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) Tahun 2023 di wilayah Kaimana. Kepala BMKG diwakili Plt Deputi Geofisika, Hanif Andi Nugraha membuka kegiatan SLG tersebut.

Kabupaten Kaimana merupakan daerah yang memiliki aktivitas Gempabumi Ransiki Timur, sesar Langburu di utara, dan sesar Aiduna di selatan.

Dalam sambutannya Hanif mengatakan, "Dalam kaitannya dengan potensi Tsunami keberadaan sesar Arera Aiduna di Selatan yang berjarak kurang lebih 80 km berpotensi membangkitkan tsunami. Hasil kajian pakar, magnitudo maksimum dari sesar Arera Aiduna adalah 7,8. Ini adalah hasil kajian untuk potensi tsunami bukan prediksi akan terjadi tsunami. Supaya tidak menjadi kehebohan di luar sana, artinya dengan ini kita semua harus siap siaga menjadikan angka ini sebagai angka maksimal yang harus kita siapkan untuk mengantisipasi potensi tersebut berdasarkan pemodelan tsunami yang dibuat oleh BMKG. Dari skenario terburuk tersebut dibangkitkan oleh Caesar daerah Iduna dapat membangkitkan tsunami dengan tingkat ancaman awas dengan ketinggian lebih dari 8m dengan perkiraan waktu tsunami 7 menit setelah terjadinya gempa".

Peningkatan gempa di Indonesia serta fakta adanya potensi tsunami dengan perkiraan waktu tiba yang singkat, seharusnya menyadarkan kita semua bahwa upaya mitigasi gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kaimana harus segera diwujudkan dan menjadi sesuatu yang mendesak untuk dilaksanakan.

Lebih lanjut Hanif menambahkan, bahwa masyarakat dan Pemerintah tidak boleh lengah untuk terus melakukan antisipasi bencana gempa bumi dan tsunami. Belajar dari pengalaman beberapa kejadian di Indonesia, tidak cukup apabila hanya mengandalkan teknologi sistem peringatan dini yang telah dibangun. Kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah dalam respon cepat fenomena tersebut menjadi kunci keselamatan masyarakat.

Resiko gempa bumi dan tsunami dapat tertunda apabila melakukan upaya mitigasi secara terencana dan terukur yang melibatkan semua pihak termasuk masyarakat. Kegiatan setelah lapang gempa bumi ini merupakan salah satu ikhtiar untuk mampu mengimplementasikan Early Warning Early Action dengan mewujudkan masyarakat siaga tsunami atau Tsunami Ready Community. Untuk itu masyarakat harus kita edukasi agar mampu mewujudkan Warning Reflection sehingga terciptanya Zero Victim.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024