Siswa SMA Peserta Olimpiade Sains Nasional Kupas Tuntas Alat Pengamatan Cuaca

  • Judith Marris
  • 25 Agu 2023
Siswa SMA Peserta Olimpiade Sains Nasional Kupas Tuntas Alat Pengamatan Cuaca

Jakarta - Olimpiade Sains Nasional merupakan ajang kompetisi tahunan dalam bidang sains bagi para siswa SD, SMP dan SMA. BMKG salah satu instansi yang dikunjungi oleh tujuh siswa SMA terpilih se-DKI peserta Olimpiade Sains Nasional didampingi dua guru pada Kamis, 24 Agustus 2023.

Diawali kunjungan ke Taman Alat Stasiun Meteorologi Kemayoran. Siswa berkesempatan mengupas tuntas peralatan disana. Pengamat Cuaca, Ratih Suci Ramadhanti menjelaskan beberapa peralatan pengamatan cuaca, diawali mengenai Alat Ombrometer atau Penakar Hujan Observatorium (OBS) yang memiliki fungsi mengukur curah hujan secara manual. "Dalam setiap periode 24 jam jadi per tiga jam sekali, gelas ukur diisi air hujan dan data curah hujan kemudian ditukar dan diolah menjadi data penting dalam analisis dan pertimbangan pembuatan prakiraan cuaca dalam bidang meteorologi," ujar Ratih.

Selanjutnya, siswa diajarkan tentang Alat Penakar Hujan Hellman yang memiliki cara kerja yang berbeda. Alat ini memiliki pias dan pena, dan secara otomatis mengukur setiap 10 milimeter curah hujan dan dikosongkan untuk pengukuran berikutnya. Tidak hanya itu, siswa juga berkenalan dengan Sangkar Meteorologi yang memiliki sejumlah Thermometer yang mengukur suhu bola basah, bola kering, serta suhu maksimum dan minimum. Siswa juga diberikan pengetahuan tentang Panci Penguapan, Cup Counter Anemometer dan Campbell Stokes.

Kunjungan beralih ke Ruang Operasional Geofisika. Supervisor Gempa, Priyobudi menjelaskan tentang gempa bumi dan tsunami. "Earthquake Early Warning digunakan sebagai solusi untuk memberikan peringatan dini pada sistem kereta cepat saat gempa terjadi untuk mengurangi risiko pelantingan," ujar Priyo.

Hal ini, tentunya sangat bermanfaat terutama bagi industri transportasi, " lanjutnya. Kemudian, siswa ke Ruang Operasional Meteorologi. Prakirawan Cuaca, Iqbal Fathoni menjelaskan mengenai fungsi ruang operasional meteorologi sebagai pusat pengumpulan dan distribusi informasi cuaca yang relevan.

Tidak hanya itu, siswa juga mengunjungi Laboratorium Kualitas Udara. Sub Bidang Analisis Komposisi Kimia Atmosfer, Eka Suharguniyawan menjelaskan tentang pengujian terhadap sampling udara. "Pemantauan partikulat SPM dengan metode sampling dilakukan setiap 6 hari sekali selama 24 jam," ucap Eka.

"Di DKI Jakarta, BMKG memantau SPM di delapan lokasi yaitu Kemayoran, Monas, Ancol, Bandengan, Grogol, Karet, Ragunan dan Taman Mini Indonesia Indah. Dari kedelapan lokasi warna partikulat SPM sudah menghitam artinya komponen dalam partikulat tersebut dominannya dari karbon hasil pembakaran mesin yang menggunakan bahan bakar minyak atau fosil. Apalagi seluruh lokasi tersebut berada di dekat jalan raya," lanjutnya.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024