Siswa Binus Belajar Cuaca, Iklim, dan Gempa

  • Judith Marris
  • 09 Mar 2018
Siswa Binus Belajar Cuaca, Iklim, dan Gempa

Jakarta- (8/3),Siswa SD Binus Simprug Jakarta merambah cuaca, Iklim, gempa bumi dan tsunami pada kegiatan "Goes To School". Sebanyak 69 siswa Binus kelas 6 SD berkumpul di aula untuk mendapatkan materi terkait cuaca, iklim dan gempa yang disampaikan Pranata Humas Pertama BMKG, Dwi Rini Endra Sari, S.Ikom .

Pada kegiatan ini, Dwi Rini menyampaikan proses pembentukan awan dan hujan, jenis awan, dan penjelasan mengenai alat-alat pengamatan cuaca secara manual.

" Terdapat tanda adanya pemanasan global, seperti meningkatnya suhu bumi dilihat dari suhu muka laut dan suhu muka daratan, meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, meningkatnya paras muka air laut dan penurunan tutupan lapisan es di muka bumi,"ujar Dwi Rini.

Dwi Rini juga menjelaskan tentang gempa dan tsunami meliputi: pengertian gempa bumi dan tsunami, apa yang dilakukan sebelum, saat dan setelah terjadinya gempa bumi. Tak hanya itu, Ia pun menjelaskan tanda-tanda terjadinya tsunami dan apa yang dilakukan.

Para siswa sangat senang dan antusias menjawab pertanyaan yang diajukan narasumber. "Tsunami itu terjadi akibat apa?" tanya Dwi Rini. "Tsunami adalah gelombang besar akibat terjadinya gempa bumi yang berkekuatan besar" jawab Ara, salah satu siswa. "

Tsunami itu terjadi karena gempa ada air terus kena darat habis itu ada ombak gede, kalau ada gempa harus di bawah meja, melindungi kepala habis itu keluar dari building," jawab Raksa, siswa yang lain.

Dwi Rini bertanya lagi, "Tanda-tanda terjadinya tsunami apa?" dan siswa yang bernama Bizzaro pun menjawab, "Air laut surut, ikannya banyak yang naik, terdampar di pantai, dan burung-burung berteriak".

Disela-sela presentasi siswa juga diajak menonton video mengenai proses terjadinya hujan dan gempa dalam bentuk film kartun. Usai itu, mereka diminta untuk menceritakan isi yang ada di video tersebut.

"Pihak Binus School Simprug sangat berterima kasih atas informasi yang disampaikan oleh BMKG. Kegiatan ini kami lakukan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang cuaca, iklim dan gempa dan bagaimana mengantisipasi bila terjadi bencana terutama gempa bumi dan tsunami, "ujar Elsa, Guru Senior Binus School Simprug.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024