Sekolah Lapang Iklim Tahap II - Sosialisasi Agroklimat Sulawesi Tenggara Tahun 2019

  • Ayu Isrianti Putri
  • 27 Sep 2019
Sekolah Lapang Iklim Tahap II - Sosialisasi Agroklimat Sulawesi Tenggara Tahun 2019

Kendari, 24 September 2019 - Stasiun Klimatologi Ranomeeto, Sulawesi Tenggara menggelar Kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tahap II - Sosialisasi Agroklimat Tahun 2019 di Kota Kendari. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 22 - 24 September 2019 di Hotel Horison, Kendari dengan mengusung tema "Iklim Mensejahterakan Rakyat".

Demi mendukung program Nawacita pemerintah dalam hal ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi, maka Stasiun Klimatologi Ranomeeto sebagai salah satu UPT-BMKG melaksanakan kegiatan Sosialisasi Agroklimat sebagai bagian dari kegiatan prioritas nasional yang dilaksanakan tiap tahunnya di Sulawesi Tenggara sejak tahun 2012. Kegiatan ini diikuti oleh 25 peserta dari perwakilan berbagai instansi terkait di Sulawesi Tenggara yang meliputi Dinas pertanian berbagai Kabupaten di Sulawesi Tenggara, Dinas proteksi Tanaman Pangan Sulawesi Tenggara, Dinas Perkebunan dan Holtikultura Provinsi Sulawesi Tenggara serta Kodim dari berbagai Kabupaten di Sulawesi Tenggara.

Pembukaan Sekolah Lapang Iklim Tahap II ini dihadiri oleh Kepala Balai Wilayah IV Makasar, Dekan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan berserta jajaran dosen Universitas Halu Oleo, Komandan Kodim 1417 Kendari, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura serta Koordinator dan KaUPT BMKG se-Sulawesi Tenggara.

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Balai Wilayah IV Makasar yang dalam sambutannya menegaskan bahwa Sekolah Lapang Iklim Tahap II atau yang biasa disebut dengan Sosialisasi Agroklimat ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan klimatologi kepada masing-masing peserta dan peserta mampu mengimplementasikannya di bidang tugasnya masing-masing sehingga mampu mensejahterakan rakyat.

Kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tahap II - Sosialisasi Agroklimat dilakukan dengan penyampaian materi seputar klimatologi serta berbagai kegiatan kelompok yang interaktif. Selain itu, peserta juga mengikuti fieldtrip di Stasiun Klimatologi Ranomeeto dan mendapatkan pengenalan langsung mengenai peralatan pengamatan cuaca dan iklim yang terdapat di Stasiun Klimatologi.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024