Sekolah Lapang Iklim - Sosialisasi Agroklimat Gelombang II Tahun 2019 Provinsi Kepulauan Riau

  • Ayu Isrianti Putri
  • 30 Sep 2019
Sekolah Lapang Iklim - Sosialisasi Agroklimat Gelombang II Tahun 2019 Provinsi Kepulauan Riau

Tanjungpinang, 27 September 2019 - Stasiun Meteorologi Tanjungpinang, Kepulauan Riau menggelar Kegiatan Sekolah Lapang Iklim - Sosialisasi Agroklimat Gelombang II Tahun 2019 Provinsi Kepulauan Riau di Kota Tanjungpinang. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 25 - 27 September 2019 di Comforta Hotel & Resort Tanjungpinang, dengan mengusung tema "Mewujudkan Petani Sejahtera Melalui Pemahaman Informasi Cuaca dan Iklim".

Demi mendukung program Nawacita pemerintah dalam hal ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi, maka Stasiun Meteorologi Tanjungpinang sebagai salah satu UPT-BMKG yang diamanahkan melaksanakan kegiatan Sosialisasi Agroklimat sebagai bagian dari kegiatan prioritas nasional yang dilaksanakan tiap tahunnya di Kepulauan Riau. Kegiatan ini diikuti oleh 25 peserta dari perwakilan berbagai instansi terkait di Kepulauan Riau yang meliputi beberapa perwakilan OPD, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), dan para Petani di wilayah Kepulauan Riau.

Pembukaan Sekolah Lapang Iklim - Sosialisasi Agroklimat Gelombang II ini dihadiri oleh Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG beserta pendamping dari Kedeputian Klimat, Kepala Balai Besar MKG Wilayah I Medan, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Riau, Kepala Dinas Pertanian Kota Tanjungpinang, Kepala Koordinator MKG Provinsi Kepulauan Riau, Kasi. BPDAS Provinsi Kepulauan Riau, serta Seluruh Kepala UPT di Provinsi Kepulauan Riau.

Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Nasrullah selaku Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG yang dalam sambutannya menegaskan bahwa Sekolah Lapang Iklim Gelombang II atau yang biasa disebut dengan Sosialisasi Agroklimat ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan klimatologi kepada masing-masing peserta dan peserta mampu mengimplementasikan di bidangnya masing-masing.

Kegiatan Sekolah Lapang Iklim - Sosialisasi Agroklimat Gelombang II dilakukan dengan penyampaian materi seputar Meteorologi, klimatologi serta berbagai kegiatan kelompok yang interaktif. Selain itu, peserta juga mengikuti fieldtrip ke perkebunan cabai di wilayah Tembeling, Kabupaten Bintan. Disana seluruh peserta mendapatkan pengenalan langsung mengenai tanaman cabai mulai dari pembibitan, penanaman, produksi, dan hasil yang di dapatkan.

Kegiatan ini di tutup oleh Bapak Edison Kurniawan, S.Si, M.Si selaku Kepala Balai Besar MKG Wilayah I Medan, beliau menutup acara dengan lancar dan berpesan kepada para peserta agar dapat memanfaatkan seluruh informasi dari BMKG, serta kedepannya agar seluruh peserta dapat membuat grup diskusi dengan BMKG Tanjungpinang untuk dapat selalu berkoordinasi dalam memperoleh informasi yang berhubungan dengan materi SLI tersebut seputar Meteorologi, Klimatologi, serta informasi cuaca dan iklim untuk dapat dimanfaatkan langsung oleh para petani dilapangan.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024