Sekolah Lapang Iklim Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

  • Rozar Putratama
  • 29 Jul 2019
Sekolah Lapang Iklim Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

Bintan, 24 Juli 2019 - Stasiun Meteorologi Tanjungpinang menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim dengan tema "Peningkatan Pemahaman Karakteristik Iklim Guna Mendukung Ketahanan Pangan Kepulauan Riau" bertempat di de Bintan Villa, Kabupaten Bintan.

Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari (24 s/d 26 Juli 2019) diikuti oleh beberapa Perwakilan OPD, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan para Petani di wilayah Kepulauan Riau yang terdiri dari 25 peserta. Kegiatan SLI Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019 ini di buka oleh Drs. H. Dalmasri Syam, M.M. selaku Wakil Bupati Kabupaten Bintan.

Dalam sambutannya, beliau sangat bangga akan adanya Kegiatan SLI ini dan berharap informasi yang disampaikan dalam kegiatan ini dapat dimanfaatkan oleh para Penyuluh Pertanian dan Petani yang menjadi peserta untuk dibagikan lagi kepada Kelompok Tani lainnya yang belum berkesempatan menjadi peserta kegiatan SLI. Pejabat lain yang juga hadir yaitu I Wayan Mustika, S.Si, M.Si selaku Koordinator BMKG Provinsi Kepulauan Riau dan beberapa Kepala Dinas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dari Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang.

I Wayan Mustika, S.Si, M.Si selaku Koordinator BMKG Provinsi Kepulauan Riau dalam kegiatan ini memberikan materi pembuka tentang pengenalan Cuaca dan Iklim kepada seluruh peserta SLI. Beliau juga sangat mengapresiasi antusiasme para peserta SLI yang hadir, serta sangat berharap kegiatan SLI ini dapat menjembatani transfer pengetahuan dari para ahli dalam bidang cuaca/iklim dan penyuluh petani lapangan kepada para petani yang tersebar di Provinsi Kepulauan Riau.

Kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) merupakan suatu kegiatan interaktif menggunakan metode belajar dan praktik (learning by doing). Melalui Kegiatan Sekolah Lapang Iklim ini, diharapkan para petani dapat menentukan sikap serta mengambil keputusan yang tepat sebagai upaya adaptasi terhadap variabilitas iklim khususnya di wilayah Kepulauan Riau. SLI di Kepulauan Riau pada tahun ini juga merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari program BMKG dalam meningkatkan literasi iklim dan desiminasi informasi iklim untuk pertanian.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024