RDP Komisi V, BMKG Tingkatkan Kolaborasi dan Layanan Informasi Cuaca

  • Fahmi Dendi Saputra
  • 18 Jan 2024
RDP Komisi V, BMKG Tingkatkan Kolaborasi dan Layanan Informasi Cuaca

Jakarta, 18 Januari 2024 - Sekretaris Utama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Dwi Budi Sutrisno mewakili Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika hadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi V DPR-RI terkait evaluasi Pelaksanaan Pembatasan Mobilitias Transport pada Libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

Dalam kesempatannya Dwi Budi memaparkan perihal BMKG dalam mendukung kelancaran, keamanan dan keselamatan transportasi kepada institusi lembaga dan masyarakat pada pelaksanaan Natal dan Tahun baru.

"BMKG akan terus bersinergi dengan berbagai pihak untuk memberikan layanan informasi cuaca yang akurat dan bermanfaat bagi masyarakat," kata Dwi Budi.

Selain itu, Dwi Budi melaporkan adanya fenomena cuaca ekstrem dan gempa bumi selama posko nataru di Indonesia. Fenomena ini memiliki kaitan dengan layanan informasi yang diberikan kepada masyarakat. Dwi Budi menjelaskan bahwa BMKG telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan akurasi prakiraan cuaca, termasuk memperkuat jaringan pengamatan meteorologi, klimatologi, dan geofisika serta menggunakan teknologi terbaru dalam pengolahan data.

"Selama Nataru, BMKG berperan aktif dalam kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk wilayah DKI-Jabar-Jateng-Jatim bersama BRIN, TNI-AU, dan BNPB dalam rangka mitigasi potensi bencana hidrometeorologi," ungkapnya.

Rapat tersebut dihadiri oleh Menteri Perhubungan RI, Menteri PUPR RI, Basarnas, dan Korlantas Polri, menunjukkan tingginya tingkat kolaborasi lintas sektor dalam upaya meningkatkan diseminasi informasi dan sosialisasi peringatan dini kepada masyarakat. BMKG berkomitmen untuk terus meningkatkan koordinasi lintas sektor guna mengoptimalkan layanan informasi cuaca.

Dwi Budi menjelaskan bahwa BMKG telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan akurasi prakiraan cuaca. Upaya tersebut antara lain dengan memperkuat jaringan pengamatan meteorologi, klimatologi, dan geofisika, serta menggunakan teknologi terbaru dalam pengolahan data.

"Selama Nataru BMKG berperan aktif dalam kegiatan Teknologi Modifikais Cuaca (TMC) untuk wilayah DKI-Jabar-Jateng-Jatim bersama BRIN,TNI-AU dan BNPB dalam rangka mitigasi potensi bencana hidrometeorologi" ungkapnya.

turut hadir dalam RDP bersama dengan Menteri Perhubungan RI, Menteri PUPR RI, Basarnas dan Korlantas Polri.

BMKG untuk terus meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam diseminasi informasi serta sosialisasi peringatan dini kepada masyarakat.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024