Posko Angkutan Laut Lebaran Tahun 2019 / 1440H di Biak Numfor

  • Rozar Putratama
  • 22 Mei 2019
Posko Angkutan Laut Lebaran Tahun 2019 / 1440H di Biak Numfor

Biak Numfor, (20/5) - Dalam rangka menunjang kelancaran Angkutan Laut Lebaran tahun 2019, Stasiun Meteorologi Klas I Biak ikut serta berperan aktif dalam pembentukan Tim Posko Terpadu Penyelenggaraan Angkutan Laut Lebaran Tahun 2019 / 1440H di Lingkungan Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Biak.

Pembentukan Tim Posko Terpadu didasarkan atas Surat Keputusan Kepala Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Biak Nomor: UM.008/1/1/KSOP.BIK-19 tanggal 13 Mei 2019, dimana Tim Posko Terpadu Penyelenggaraan Angkutan Laut Lebaran Tahun 2019 ini melibatkan beberapa stakeholder terkait seperti: Dinas Perhubungan Kab. Biak, PT. Pelindo IV (Persero) Cab. Biak, BASARNAS Klas A Biak, Stasiun Radio Pantai Biak, Stasiun Karantina Pertanian Klas I Biak, Kantor Kesehatan Pelabuhan Klas III Biak, Stasiun Meteorologi Klas I Biak, Kepolisian Sub Sektor Kawasan Pelabuhan Laut Biak, serta PT. Jasa Raharja Cab. Biak.

Rangkaian kegiatan pengamanan Angkutan Lebaran diawali dengan menggelar Apel Kesiapan Posko Angkutan Laut Lebaran Tahun 2019 / 1440H pada hari Senin tanggal 20 Mei 2019 di Halaman Kantor KSOP Biak yang bertujuan untuk memantapkan koordinasi antar petugas / instansi terkait / penyedia jasa dan asosiasi yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan angkutan laut lebaran. Dalam sambutannya, Kepala KSOP Biak yang bertindak sebagai Inspektur Apel membacakan sambutan dari Menteri Perhubungan, yang menekankan perihal "Faktor keselamatan dalam pelayaran adalah hal utama yang harus diperhatikan oleh pihak pelabuhan, mengingat jumlah penumpang diprediksi akan sangat melonjak jelang lebaran. Untuk keselamatan perlu mempersiapkan semua peralatan dengan baik, memperhatikan prakirakan cuaca dan kita menjalani tugas dengan tertib sesuai dengan peraturan yang ada".

Selanjutnya bersama-sama Kepala KSOP Biak, Kepala Stasiun Meteorologi Klas I Biak, Perwakilan PT. Pelindo IV (Persero) Biak dan Kantor Kesehatan Pelabuhan Klas III Biak melakukan kunjungan lapangan dan pengecekan sarana dan pra-sarana Posko Angkutan Laut Lebaran Tahun 2019 pada Area Pelabuhan Laut Biak.

Secara khusus, Stasiun Meteorologi Klas I Biak memasang 1 unit LCD Display Maritim di Ruang Layanan Konsumen Kantor KSOP Biak yang bertujuan menunjang kelancaran dan mengoptimalkan diseminasi informasi selama Angkutan Laut Lebaran Tahun 2019. Konten informasi Display Maritim berisi Informasi Prakiraan Cuaca Pelabuhan, Informasi Prakiraan Cuaca Perairan, Informasi Peringatan Dini Cuaca Ekstim dan Informasi Citra Satelit yang update setiap saat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024