Penerimaan Calon Taruna STMKG Jalur Afirmasi dari Papua

  • Rozar Putratama
  • 08 Nov 2019
Penerimaan Calon Taruna STMKG Jalur Afirmasi dari Papua

Tangerang Selatan (06/11) - Dalam rangka mendukung program pemerintah untuk memajukan masyarakat Papua diwujudkan melalui jalur pendidikan, pada tahun 2019 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) bersama Majelis Rakyat Papua bekerja sama menyiapkan sumber daya manusia yang akan dididik sebagai salah satu taruna/i STMKG. Adapun kuota yang diberikan adalah 13% dari total keseluruhan taruna/i baru di STMKG.

Serah terima 16 calon taruna/i dari Majelis Rakyat Papua (MRP) ke STMKG. Diwakili oleh Ketua Panitia Khusus Majelis Rakyat Papua (PANSUS-MRP), Edison Tanate. Beliau memaparkan bahwa 16 calon taruna/i adalah orang-orang terpilih yang telah melalui berbagai seleksi dan berharap besar kepada tim afirmasi dalam menjaga serta mendidik putra-putri mereka. Oleh karena itu, Edison meminta kesediaan dari pihak Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika untuk memberikan bantuan kepada putra-putri mereka.

Ketua STMKG, Dr. I Nyoman Sukanta, S.Si., M.T menyampaikan "bahwa untuk membantu proses pendidikan taruna/i hasil afirmasi dari papua ini, STMKG telah membuat sistem pengajaran untuk mempercepat proses pemahaman dgn cara membentuk kakak asuh dan orang tua asuh. Kakak asuh diambil dr taruna/i senior yang berprestasi yang bertugas untuk membantu membimbing dalam proses belajar mengajar, memotivasi, mengarahkan, mengenalkan sistem kedisiplinan yg diterapkan di STMKG, dan mengajak bersosialisasi ke masyarakat di sekitar tempat tinggal".

Lebih lanjut, orang tua asuh bertugas untuk mengevaluasi dan mengawasi proses belajar mengajar dan bimbingan yang diberikan oleh taruna/i senior, serta memberikan motivasi agar tetap semangat dan berhasil dalam mengikuti pendidikan di STMKG ujar Nyoman

Namun pendidikan kedisiplinan, taruna/i baru dari papua juga harus mentaati aturan yang ada, tidak ada perbedaan, sehingga tingkat kedisiplinan tinggi harus tetap terjaga dan setara untuk seluruh taruna/i yg di didik di STMKG, tambah Nyoman.

Proses afirmasi, melalui proses panjang dengan melibatkan beberapa instansi pemerintah berwenang, serta mendapat dukungan penuh dari pimpinan BMKG. Setiap wilayah adat di Papua yang telah tergabung di dalam MRP, memilih putra putri terbaik mereka, pungkas Nyoman.

Kemudian, mereka dikirim ke Jayapura untuk mengikuti seleksi tes. Jumlah peserta tes adalah 49 orang dari berbagai daerah di Papua. Setelah itu, dilakukan serangkaian tes, diantaranya: Seleksi Kemampuan Dasar (SKD), Seleksi Kemampuan Bidang (SKB), dan Seleksi Kesehatan. Pada tahap akhir, terpilih 13 orang dan 3 orang sebagai cadangan. Enam belas calon taruna/i di karantina untuk melengkapi berbagai dokumen administrasi. Pada Minggu, 3 November 2019, mereka diberangkatkan dari Papua ke Jakarta.

Pada acara ini, juga dipaparkan mengenai pengenalan singkat program studi dan kehidupan kampus di STMKG. Dari 16 calon taruna/i telah dibagi dalam empat program studi, dengan rincian: 7 orang prodi Meteorologi, 3 prodi Klimatologi, 3 prodi Geofisika, dan 3 prodi Instrumentasi.

Setiap Ketua Program Studi turut hadir memaparkan arah studi. Kemudian, perwakilan dari Ketua Sub Bagian Administrasi Ketarunaan dan Kerjasama Pendidikan juga memaparkan secara singkat mengenai kegiatan ketarunaan di STMKG.

Diharapkan setelah menempuh pendidikan di STMKG, calon taruna/i jalur afirmasi bisa menjadi contoh yang baik untuk para pelajar di Papua dan sebagai kader utama dalam membangun Papua.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024