Pelatihan Teknis Pengelolan Database Tahun 2021

  • Rachmat Hidayat
  • 08 Nov 2021
Pelatihan Teknis Pengelolan Database Tahun 2021

Bogor - Senin (8/11), Peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) di era industri 4.0 khususnya dalam pengelolaan Database menjadi sangat penting dan mendesak. Karenanya SDM harus senantiasa dikembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya dalam pengelolaan Database untuk menghadapi berbagai macam tantangan sehingga diharapkan mampu menjawab issue besar yaitu Otomatisasi, Big Data, Artificial Intellegent, dan Internet of Thing.

Menyikapi Hal tersebut, Pusdiklat BMKG bekerjasama dengan Pusat Database BMKG mengadakan Pelatihan Teknis Pengelolan Database Tahun 2021 di gedung serbaguna Citeko Bogor. Kegiatan pelatihan yang dibuka Oleh Deputi Bidang Inskalrekjarkom BMKG Dr. Suko Prayitno Adi melalui Virtual, dengan tujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja bagi ASN di UPT yang menangani operasional sistem pengelolaan database, serta mampu mengoperasikan aplikasi-aplikasi pengelolaan database MKG, mengimplementasikan metode kendali mutu data, penyelamatan data, dan mampu mengisi metadata secara optimal.

Pelatihan Teknis Pengelolaan Database Tahun 2021 diselenggarakan dari tanggal 07 - 14 November 2021 diikuti sebanyak 30 orang yang berasal dari Pegawai UPT Daerah dari Balai MKG Wilayah I - V. Adapun Kurikulum Pelatihan Teknis Pengelolaan Database Tahun 2021 disusun dalam 60 (enam puluh) Jam Pelajaran terdiri dari 2 (dua) agenda yaitu Agenda Sosiokultural 12 JP dan Agenda Teknis 48 JP.

Sasaran penyelenggaraan Pelatihan Teknis Pengelolaan Database adalah meningkatkan kompetensi pegawai dibidang pengelolaan database secara profesional, yang diindikasikan dengan kemampuan antara lain Mengoperasikan Aplikasi BMKGSoft secara baik dan benar, memanfaatkan fitur fitur di dalam aplikasi sesuai dengan fungsinya; Memahami dan melakukan validasi data dan penyelamatan data MKG di unit kerja masing-masing berdasarkan aturan yang telah ditetapkan.

selanjutnya, Mengetahui dasar pengelolaan database menggunakan SQL diantaranya membuat database, membuat tabel, dan mengelola data didalam database dan Memahami/ menjelaskan konsep Data Warehouse, Business Intelligence, Aplikasi Portal Data Warehouse, Aplikasi Lapor Cuaca/Bencana, dan Dokumentasi pembangunan/Pengembangan Sistem Aplikasi. serta Memahami dan mengenal bagaimana penggunaan dan perkembangan teknologi Big Data dan AI, khusunya penerapannya dalam bidang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024