Pelatihan Teknis High Performance Computing (HPC) untuk Aplikasi Geofisika Tahun 2024

  • Rachmat Hidayat
  • 26 Feb 2024
Pelatihan Teknis High Performance Computing (HPC) untuk Aplikasi Geofisika Tahun 2024

Jakarta, 26 Februari 2024 - Dalam era di mana kemajuan teknologi menjadi tiang utama perkembangan, High Performance Computing (HPC) telah menjadi salah satu kekuatan pendorong di berbagai bidang, termasuk dalam analisis geofisika. Memahami urgensi pentingnya pemanfaatan HPC untuk keperluan tersebut, BMKG melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan menggelar Pelatihan Teknis HPC untuk Aplikasi Geofisika Tahun 2024 di Hotel Ibis Style Bogor.

Pelatihan tersebut bertujuan untuk melatih para peserta dalam memanfaatkan HPC dalam pemodelan dan simulasi geofisika yang kompleks. Dengan menggabungkan keahlian mendalam dan kemampuan komputasi canggih dari HPC, diharapkan BMKG dapat memperluas batasan-batasan yang sebelumnya dianggap tidak bisa dilewati.

Dalam sambutannya, Deputi Bidang Geofisika yang diwakili oleh Plt. Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani melalui Zoom Meeting yang sekaligus Membuka Pelatihan, menyampaikan harapannya agar melalui pelatihan ini, BMKG dapat menghasilkan simulasi yang lebih akurat tentang pergerakan lempeng tektonik, memprediksi gempa bumi dan tsunami dengan lebih baik, serta meningkatkan pemahaman tentang fenomena atmosferik yang kompleks.

Selain meningkatkan keahlian teknis, pelatihan ini juga menekankan pentingnya pengembangan pemikiran kritis, kemampuan analisis, dan inovasi. Hal tersebut sebagai upaya untuk mengasah kemampuan peserta dalam berpikir kreatif dan menghadapi tantangan inovasi di masa depan.

Dengan semangat untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia, BMKG berharap pelatihan ini dapat menjadi langkah awal dalam mewujudkan kinerja yang lebih baik, sehingga mampu memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat, serta meningkatkan kepercayaan terhadap BMKG.

Pelatihan Teknis High Performance Computing (HPC) Untuk Aplikasi Geofisika Tahun 2024 dilaksanakan dari tanggal 26 Februari s/d 3 Maret Tahun 2024 diikuti sebanyak 40 peserta yang berasal dari Pegawai BMKG Pusat dan Daerah dengan Kurikulum Pelatihan secara komprehensif sebanyak 60 Jam Pelajaran.

Sasaran dalam Pelatihan Teknis High Performance Computing Untuk Aplikasi Geofisika Tahun 2024 adalah terwujudnya pegawai BMKG yang memiliki keterampilan praktis dalam menerapkan High Performance Computing (HPC), dan mampu menjelaskan penerapan MKG berbasis HPC di BMKG.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024