Stamet Mutiara Sis Al-Jufri Palu Meringankan Beban Para Pengungsi Korban Bencana Gempa Bumi dan Tsunami.

  • Ayu Isrianti Putri
  • 18 Okt 2018
Stamet Mutiara Sis Al-Jufri Palu Meringankan Beban Para Pengungsi Korban Bencana Gempa Bumi dan Tsunami.

Palu, Rabu (17/10) Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu melaksanakan Sosialisasi Informasi kegempaan, Tsunami dan Fenomena Liquifaksi dan cuaca ektrim berbasis Dampak. Kegiatan kali ini dipimpin langsung oleh Kepala Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Al Jufri, Bapak Nur Alim, S.Si dan didamingi oleh Kasubag Tata Usaha, Sutrisno Eko Purnomi dan Kasi Observasi dan Informasi, Etriatulas Hakrito. Kegiatan ini dilaksanakan di Posko Posko Pengungsian sepanjang perjalanan yang bisa diakses kendaraan operasional Stasiun Meteorologi dari Palu, Sigi dan Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah mulai tanggal 5 Oktober sampai dengan 17 Oktober 2018. Secara bergantian memimpin rombongan sosialisasi info BMKG dan pelayanan bantuan kemanusiaan kepada korban bencana gempa bumi dan tsunami.

Sosialisasi tersebut disampaikan secara verbal ditempat berkumpul warga pengungsi yaitu di mushola mushola sementara, dan dalam kegiatan sosialisasi ini Stasiun Meteorologi Mutiara Palu juga menyampaikan sumbangan sembako, penyediaan air minum dan air bersih, tenda tenda pengungsi dan bahan untuk perlengkapan kebersihan diri dan juga melaksanakan kelas "Trauma Healing" bagi anak anak korban bencana dengan membawa para tutor berpengalaman dari relawan relawan khusus dalam pelayanan Trauma Healing tersebut.

Dalam paparannya, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu, Nur Alim, S.Si menyampaikan bahwa masyarakat pengungsi di wilayah Palu, Sigi dan Donggala ini jangan terlalu panik dan ketakutan akan informasi yang tidak benar atau hoax yang mengatas-namakan informasi tersebut dari BMKG, tetep waspada dan tenang dalam menanggapi semua informasi yang tersebar viral tersebut, dan ternyata tidak ada yang benar informasinya tersebut. Warga masyarakat sebaiknya tenang dan mencari sumber yang terpercaya yaitu dengan mengakses www.bmkg.go.id, atau memasang aplikasi info BMKG di handphone android masing masing serta membaca dengan teliti setiap SMS pemberitahuan informasi gempa di setiap kejadian gempa dari operator seluler di indonesia.

Harapan dari kegiatan ini adalah memberikan pencerahan informasi kepada korban pengungsi dan ikut meringankan beban fisik materiil dan beban mental kesedihan pasca bencana dengan memberikan sembako, perangkat tenda pengungsian, penyediaan air bersih dan juga program ceramah keagamaan serta kelas trauma healing untuk para pengungsi korban bencana gempa bumi dan tsunami di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala. Harapan kami kegiatan ini akan terus berlanjut secara kontinyu sampai kondisi para pengunsi bisa kembali normal dan mendapatkan tempat tinggal yang layak di posko posko hunian sementara di tempat yang aman. Salam Tangguh dari Palu, Sulawesi Tengah. Bersama kita bisa, berkidmat untuk sesama, untuk BMKG yang peduli pada kehidupan yang lebih baik.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024