Panen Raya Sekolah Lapang Iklim Tahap 3 di Padang Pariaman

  • Ayu Isrianti Putri
  • 04 Nov 2019
Panen Raya Sekolah Lapang Iklim Tahap 3 di Padang Pariaman

Padang Pariaman - (31/10/2019), Bertempat di Korong Pasa Usang, Nagari Kayu Tanam, Kecamatan 2x11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat diselenggarakan Panen Raya Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tahap-3 kerjasama antara Stasiun Klimatologi Padang Pariaman dengan Dinas Pertanian Kabupaten Padang Pariaman melalui Kelompok Tani Kampung Jambu.

Kegiatan ini merupakan akhir dari rangkaian SLI Tahap-3 yang telah dimulai tanggal 15 Juli 2019 untuk sekali musim tanam. Acara penutupan SLI Tahap-3 dihadiri oleh Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Drs. Herizal, M.Si, Wakil Bupati Padang Pariaman, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Padang Pariaman, Forkompida Kabupaten Padang Pariaman, Kepala UPT BMKG se Sumatera Barat, Ninik Mamak serta anggota Kelompok Tani Kampung Jambu.

Dalam paparannya, Kepala Stasiun Klimatologi Padang Pariaman, Heron Tarigan, SP, M.Si, menyampaikan Berdasarkan kondisi iklim, pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta serangan OPT diperoleh hasil produksi tanaman padi pada lahan percobaan sebesar 6.25 ton/ha.

Hasil produksi ini merupakan hasil ubinan BPS Kab. Padang Pariaman. Apabila dibandingkan dengan produksi rata-rata kecamatan 2x11 Kayu Tanam sebesar 4.93 ton/ha tahun 2017 ( Data BPS Tahun 2018) menunjukkan produktivitas padi lahan percobaan mengalami peningkatan sebanyak 26.8%. Selanjutnya, bila dibandingkan dengan produksi rata-rata kabupaten sebesar 5,2 ton/ha, Produktivitasnya meningkat sebanyak 20%.

sedangkan Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Drs. Herizal, M.Si, mengapresiasi kerjasama antara Stasiun Klimatologi Padang Pariaman dengan Dinas Pertanian Kabupaten Padang Pariaman melalui kelompok tani Kampung Jambu untuk melaksanakan SLI Tahap-3 karena mempunyai manfaat dalam belajar memahami informasi cuaca serta iklim dan menerapkan dalam kegiatan budidaya tanaman padi sawah selama satu musim tanam.

Melalui pemahaman cuaca dan iklim yang benar, pencatatan yang tepat serta pertemuan sepuluh harian antara petugas BMKG, penyuluh pertanian dan kelompok tani, terbukti petani tidak saja mendapat pengetahuan tentang cuaca dan iklim, akan tetapi dapat menerapkannya untuk meningkatkan hasil panen.

Selanjutnya Wakil Bupati Kabupaten Padang Pariaman Bapak Suhatri Bur, SE, MM menyampaikan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada BMKG karena dengan terlaksananya SLI Tahap-3 di Kabupaten Padang Pariaman ini terbukti dapat meningkatkan pemahaman petani terhadap iklim sehingga dapat meningkatkan hasil produksi padi.

Kegiatan SLI Tahap-3 diharapkan bisa dilanjutkan di lokasi yang lain di wilayah Kab. Padang Pariaman. Selain di pertanian lahan basah, sebaiknya SLI Tahap-3 juga dapat dilaksanakan di pertanian lahan kering, mengingat begitu luasnya pertanian lahan kering di Kab. Padang Pariaman.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024