Melalui Ngopi bersama Pa'carita Cuaca Nelayan Makassar, Informasi Cuaca Maritim Mengudara

  • Dwi Rini
  • 24 Okt 2017
Melalui Ngopi bersama Pa'carita Cuaca Nelayan Makassar, Informasi Cuaca Maritim Mengudara

Makassar, Sabtu (21/10), Bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan ( PPI ) Pelabuhan Paotere Makassar, Stasiun Meteorologi Maritim Paotere untuk pertama kalinya mengadakan Sosialisasi Informasi Cuaca Maritim Berbahasa daerah Makassar untuk Nelayan di Makassar melalui ngopi bersama nelayan kegiatan ini bertema "Pa'carita cuaca nelayan Makassar tahun 2017". Kegiatan ini bertujuan untuk menghimpun informasi dari nelayan tentang kebutuhan informasi cuaca maritim yang dibutuhkan oleh nelayan serta mengajak nelayan untuk aktif mengadakan pengamatan cuaca di laut dan melaporkan hasil pengamatan tersebut.

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh Nelayan kota Makassar dengan dukungan dari beberapa stake holder eksternal pengguna jasa informasi cuaca maritim antara lain , Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia ( HNSI) Makassar, Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pelabuhan Paotere, Kepala Syahbandar Pelabuhan Paotere, Ketua ORARI Makassar, Ketua Koperasi Nelayan dan Para Pemilik Kapal. Bertindak sebagai Moderator adalah Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia ( HNSI ) Kota Makassar yang dalam pengantarnya berharap melalui kegiatan ini para nelayan Makassar dapat lebih memahami Cuaca maritim sehingga dapat menjaga keselamatan di laut pada saat menangkap ikan serta membantu meningkatkan produktifitas hasil tangkapan ikan.

Dalam kegiatan Sosialisasi Informasi Cuaca Maritim ini, Bapak Hanafi Hamzah, SP selaku Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Paotere di dampingi oleh Kepala Seksi Observasi dan Informasi Bapak Andi Cahyadi, SE,S.Si, M.Si menyampaikan ucapan terima kasih atas antusiasme nelayan dalam mengikuti kegiatan ini serta memaparkan pentingnya informasi cuaca maritim untuk Nelayan. Dari hasil dialog dengan nelayan diperoleh informasi bahwa sebagian besar nelayan Makassar belum memperoleh informasi tentang cuaca maritim. Informasi cuaca yang diperlukan oleh nelayan antara lain Kondisi cuaca , Arah dan Kecepatan angin, Kondisi Arus , Tinggi Gelombang Laut serta Daerah Potensi Tangkapan Ikan, sedangkan dari pihak stakeholders mengharapkan adanya papan informasi cuaca di Pelabuhan Paotere beserta Display Info Cuaca Maritim, penggunan media radio sebagai sarana komunikasi penyebaran informasi cuaca maritin serta berharap kegiatan ini dapat diselenggarakan rutin setiap bulan. Kegiatan di akhiri dengan pelatihan singkat pembacaan Peta Sea State kepada Nelayan langsung oleh Forecaster Stasiun Meteorologi Maritim Paotere yang dibantu Operator Penyuluh Perikanan dari PPI Paotere.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024