Kesiapan Stasiun Meteorologi Kelas I Djalaluddin Gorontalo dalam Kegiatan Posko Terpadu Angkutan Laut Lebaran Tahun 2019/1440 H

  • Rozar Putratama
  • 23 Mei 2019
Kesiapan Stasiun Meteorologi Kelas I Djalaluddin Gorontalo dalam Kegiatan Posko Terpadu Angkutan Laut Lebaran Tahun 2019/1440 H

Gorontalo - Selasa (21/5) Kegiatan apel kesiapan dan pembukaan posko angkutan lebaran di Gorontalo Tahun 2019 dilaksanakan dengan dihadiri oleh 20 instansi terkait yang diantaranya terdiri dari Stasiun Meteorologi Kelas I Djalaluddin Gorontalo, Dinas Perhubungan Gorontalo, Kantor Pelabuhan Gorontalo, Pangkalan TNI AL Gorontalo, Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Gorontalo, Kesehatan Pelabuhan beserta dua operator yakni PT. Pelindo IV Cabang Gorontalo dan PT. PELNI Cabang Gorontalo. Jaminan keselamatan pelayaran pada masa angkutan laut lebaran tahun 2019, Wakil Gubernur Provinsi Gorontalo, Idris Rahim, dalam sambutannya mengharapkan adanya koordinasi dan pemantauan intensif terhadap angkutan lebaran secara khusus di wilayah Gorontalo. Kegiatan kerjasama antarinstansi terkait sangat perlu dilakukan dalam menyukseskan kegiatan posko lebaran tahun 2019 di Gorontalo. Sesuai dengan tema posko kali ini, "Mudik Bareng, Asyik Lancar," faktor keselamatan dalam pelayaran merupakan hal yang sangat perlu diwaspdai oleh berbagai pihak terkait, mengingat data menunjukkan adanya prediksi kenaikan penggunaan transportasi laut mencapai 4,80 % selama lebaran tahun 2019. BMKG sebagai salah satu penyedia informasi cuaca maritim juga turut andil dalam mewujudkan posko terpadu angkutan laut lebaran di Gorontalo.

Stasiun Meteorologi Kelas I Djallaluddin Gorontalo melakukan peran aktif dalam kegiatan Posko Lebaran Tahun 2019 dengan menyediakan Display Informasi Cuaca Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo bagi para pengguna dan pelaku di sektor kelautan. Selain itu, pengecekan berkala peralatan operasional juga senantiasa dilakukan dalam mendukung keselamatan transportasi laut. Di samping itu, penyediaan informasi cuaca maritim juga disampaikan dalam bentuk surat elektronik (e-mail), maupun jejaring media sosial yang dapat diakses oleh para pelaku sektor kelautan sehingga mampu menunjang kebutuhan akan penyampaian informasi cuaca maritim.

Acara dilanjutkan dengan kunjungan ramah tamah Stasiun Meteorologi Djallaluddin Gorontalo ke KSOP Gorontalo. Pada kesempatan tersebut, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Djalalludin Gorontalo, Moh. Nurhuda, S.T, berinteraksi secara langsung dengan Kepala KSOP Gorontalo, Agustinus S.T, M.T. Dalam kunjungannya, BMKG menyatakan kesediaannya dalam menyampaikan informasi cuaca maritim guna mendukung transportasi laut. Kegiatan kunjungan dilaksanakan sekaligus dengan pemberian informasi BMKG berupa peta rata-rata gelombang laut signifikan di Provinsi Gorontalo. Hal ini berguna dalam mengantisipasi keselamatan pada bulan-bulan tertentu, terutama musim angkutan lebaran untuk mengantisipasi adanya kejadian gelombang tinggi di wilayah Gorontalo.

Kunjungan ini juga dimanfaatkan dengan melakukan survey tanggapan dari para pengguna informasi cuaca untuk meningkatkan pelayanan data dan informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Djalaluddin Gorontalo ke depannya. Hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan informasi BMKG Gorontalo untuk pelaksaanan posko lebaran angkatan laut yang aman, nyaman, tertib, dan lancar.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024