Kepala BMKG Buka Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

  • Rachmat Hidayat
  • 19 Des 2018
Kepala BMKG Buka Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Tangerang - Selasa (18/12/2018), Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, MSc. Ph.D membuka kegiatan Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UP2KM dengan tema Peranan BMKG dalam Penanganan Bencana Longsor di Indonesia yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika di Ruang Rektoral STMKG.

Acara Seremonial Pembukaan seminar didahului dengan Laporan Ketua UP2KM, Sambutan Ketua SMTKG, Sambutan Kepala BMKG sekaligus membuka seminar, Keynote Lecture oleh Prof . T. Faisal Fathani, ST, MT, Ph.D dari UGM dan Sesi Presentasi hasil penelitian.

Dalam Laporannya Ketua UP2KM Dr. Munawar Ali menjelaskan bahwa Kegiatan UP2KM Tahun 2018 yang dilaksanakan oleh STMKG merupakan Penelitian dari 4 bidang disipilin ilmu yakni Perbaikan Model Early Warning System, Longsor, Rancang Bangun EWS. Adapun Prototype/alat EWS longsor sudah 4 bulan dipasang di Kab. Banjarnegara dan Cijeruk dan dimonitor datanya melalui online di bagian instrument baik handphone atau Komputer, ujarnya.

Selain itu, Kata Munawar Ali UP2KM juga telah melaksanakan 4 kegiatan Pengabdian ke Masyarakat yang dilaksanakan yakni di kab. Cianjur bersama BPBD Cianjur dan Kab. Indramayu dengan Kelompok Tani Malahayu dan Dinas Pertanian Indramayu dengan menyerap tenaga sebanyak 17 dosen, 5 mahasiswa dan 1 staf BMKG Pusat bidang pusat penerbangan, serta sosialisasi Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika di 3 lokasi dan mendidik siswa sebanyak 1546 orang.

adapun capaian (output) dari kegiatan UP2KM tahun 2018 adalah 5 publikasi yaitu, 2 publikasi internasional, 2 publikasi nasional dan 1 publikasi nasional dalam bentuk jurnal (jurnal dan Prociding) selain itu UP2KM juga melakukan sosialisasi di Universitas Samratulangi, UGM, Universitas Jember, UPI dan BPPT, Jelas Munawar

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UP2KM dengan tema Peranan BMKG dalam Penanganan Bencana Longsor di Indonesia dilaksanakan adalah Dalam rangka memenuhi tugas tri darma perguruan tinggi dan kegiatan tersebut sudah dilaksanakan 2 tahun berturut-turut (2017 dan 2018), papar Ketua STMKG yang diwakili oleh Ketua I Bidang Akademi Drs. Hendry Subekti, MSi

Kepala BMKG berharap dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh STMKG melalui Penelitian dan Pengabdian kemasyarakat dengan melibatkan Dosen dan Mahasiswa dapat mempatenkan hasil penelitian sebab STMKG merupakan Perguruan Tinggi bersifat teknis, sehingga BMKG dan STMKG kedepan akan tetap handal dan terpercaya serta dibutuhkan banyak orang.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024