Hadapi Libur Natal dan Tahun Baru 2021, Kepala BMKG Tinjau Kesiapan Aloptama di Wilayah Semarang

  • Ibrahim
  • 24 Des 2020
Hadapi Libur Natal dan Tahun Baru 2021, Kepala BMKG Tinjau Kesiapan Aloptama di Wilayah Semarang

SEMARANG - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati melaksanakan kunjungan kerja ke Stasiun Meteorologi Ahmad Yani bersama Kepala Stasiun Klimatologi Semarang Tuban Wiyoso, Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Retno Widyaningsih dan Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani, Achadi Subarkah Raharjo pada Kamis, (24/12).

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka Peninjauan Kesiapan Peralatan Operasional Utama yang berlokasi di Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas dan Stasiun Meteorologi Ahmad Yani, kemudian rombongan menuju Posko Natal dan Tahun Baru 2021 di Pelabuhan Tanjung Emas. Kegiatan diakhiri dengan mengecek display layanan informasi cuaca penerbangan dan peringatan dini cuaca ekstrim bagi para pengguna jasa Bnadara Internasional Ahmad Yani selama libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021.

"Disini dapat dilihat kondisi cuaca khususnya jalur mudik setiap 6 jam di seluruh kecamatan di jawa tengah, serta perkembangannya mulai dari suhu, kecepatan angin dan tekanan udara" Jelas Dwikorita.

Pengunjung yang datang dapat melihat informasi cuaca khususnya seluruh Kecamatan di Semarang untuk setiap 3 jam, mulai dari suhu, kecepatan angin maupun tekanan udara. Selain itu, para pengunjung juga bisa mengetahui kondisi prakiraan cuaca, seperti suhu dan kecepatan angin untuk Natal di setiap Gereja dari siang, malam, hingga dini hari.

Produk layanan BMKG juga dapat membantu para wisatawan untuk mengetahui prakiraan cuaca objek wisata air di Provinsi Jawa Tengah, seperti Pantai Alam Indah Tegal, Pantai Widuri Pemalang, Pantai Ayah Kembumen, dan lain-lain.

''Kami selalu berusaha meningkatkan layanan informasi cuaca bagi seluruh masyarakat termasuk pengunjung yang baru datang seperti yang ada di Bandara Jenderal Ahmad Yani, tetap ingat selalu jaga kesehatan. Selamat Natal dan Tahun Baru" tutup Dwikorita.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • 127 km Tenggara KAB-MALANG-JATIM
  • tidak berpotensi TSUNAMI
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024