Goes To School: Aksi Tanggap Bencana, Siswa ASEAN Kenali Alam

  • Dwi Rini
  • 08 Nov 2018
Goes To School: Aksi Tanggap Bencana, Siswa ASEAN Kenali Alam

Jakarta, (7/11). Rabu pagi, di lapangan sekolah Al-Jannah diramaikan beberapa kegiatan dalam rangka hari jadi Al-Jannah yang ke-17. Mereka pun melibatkan BMKG pada rangkaian kegiatan. Tim Humas BMKG, Dwi Rini Endra Sari, Pranata Humas Ahli dan Irma, PMG Ahli pun andil dalam kegiatan hari jadi Al-Jannah yang ke-17 pada kegiatan talkshow dan simulasi gempa bumi.

Pada kegiatan talkshow yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam ini diikuti para pelajar SMP-SMA dari beberapa negara ASEAN, dan pelajar dari sekolah Alam yang berada di wilayah Jabodetabek, serta dihadiri para Kepala Sekolah, Ketua Yayasan Musdalifa, dan dari Dinas Pendidikan. Dwi Rini yang sering disapa Ririn menjadi pembicara pada kegiatan talkshow pagi itu.

Para peserta sangat antusias mendengarkan apa yang dipaparkan Ririn terkait dapur BMKG, cuaca, iklim, gempabumi, dan tsunami. "Kejadian Gempabumi di Palu yang terjadi beberapa waktu lalu, menyadarkan kita bahwa wilayah Indonesia rawan gempabumi dan tsunami karena dilalui 3 lempengan dunia, Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik serta terdapat beberapa sesar aktif, "imbuh Ririn. Ia menekankan berkali-kali bahwa gempabumi belum dapat diprediksi, tetapi tsunami dapat diprakirakan setelah lima menit. Bahkan, 3 menit setelah terjadi gempabumi berkekuatan besar.

Talkshow ini semakin seru karena terdapat sesi tanya-jawab dari para peserta, dan yang tidak ketinggalan siapa yang aktif dan benar menjawab mendapatkan hadiah yang menarik. "Saya pernah merasakan gempabumi saat itu saya sedang tidur di rumah, saya terkejut dan langsung lari keluar rumah, "kata seorang murid saat menceritakan pengalamannya pada kejadian genmpabumi.

Sementara siswa kelas 1-4 SD Al-Jannah mengikuti kegiatan simulasi gempabumi yang diarahkan dan dibimbing oleh Irma. Ia menjelaskan apa yang harus dilakukan saat terjadi gempabumi.

'Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan edukasi literasi bagi siswa tingkat SD-SMA untuk mengenali bencana alam sehingga dapat menyadarkan para siswa bahwa Indonesia rawan bencana alam, "ujar Dewi , seorang guru SMA Al-Jannah selaku ketua penyelenggara.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024