Deputi Bidang Klimatologi Membuka Dua Kegiatan Pelatihan

  • Rachmat Hidayat
  • 12 Feb 2020
Deputi Bidang Klimatologi Membuka Dua Kegiatan Pelatihan

Bogor - Selasa (11/2), Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG menggelar Pelatihan Verifikasi Prakiraan Klimatologi dan Pelatihan Teknis Meteorologi Maritim yang diikuti sebanyak 60 peserta berasal dari pegawai BMKG Pusat dan UPT Daerah BBMKG Wilayah I - V dan dibuka secara resmi oleh Deputi Bidang Klimatologi Drs. Herizal MSi di Gedung Serbaguna Citeko.

tujuan Pelatihan Verifikasi Prakiraan Klimatologi adalah melatih untuk mampu melakukan verifikasi prakiraan musim dan prakiraan curah hujan (dasarian dan bulanan), mulai dari proses penyiapan data hingga verifikasi akhir dengan benar.

sedangkan Pelatihan Teknis Meteorologi Maritim bertujuan untuk membentuk pegawai yang professional yang mampu secara konsep dan praktik dalam menangani operasional system pengelolaan data meteorology maritime, dan dapat mengoperasikan aplikasi pemodelan serta memanfaatkan untuk mendukung operasional UPT.

"Selamat datang para peserta pelatihan yang hadir dari berbagai UPT di Indonesia dan dapat berkumpul untuk mengikuti Pelatihan Verifikasi Prakiraan Klimatologi dan Pelatihan Teknis Meteorologi Maritim," ujar Herizal saat memberikan kata sambutan.

Seperti diketahui Undang-undang No. 31 Tahun 2009, BMKG adalah Lembaga Pemerintah yang memilki Tupoksi memberikan pelayanan Informasi MKKuG, tentunya BMKG memiliki kepentingan terhadap pelayanan informasi MKKuG yang handal yaitu akurat, tepat sasaran, tepat guna, cepat dan dapat dpertanggungjawabkan. "untuk memenuhi visi tersebut BMKG tidak lepas dengan Sumber Daya Manusia yang profesional, perangkat canggih dan teknologi informasi yang handal," sambung herizal.

Seperti diamanahkan dalam UU No. 5 tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 11 Tahun 2017 tentang manajemen Pegawai Negeri Sipil memberikan hak kepada PNS untuk mendapatkan minimal 20 jam pelatihan dalam satu tahun, paparnya.

Terkait dengan pengembangan Sumber Daya Manusia, herizal mengutarakan ada 3 kompetensi yang harus dikuasai oleh Pegawai Negeri Sipil yakni kompetensi manajerial, kompetensi teknis bidang tugas dan kompetensi sosio kultural.

Memiliki SDM unggul menjadikan point penting guna mewujudkan semangat BMKG dalam menciptakan layanan MKG yang cepat, tepat, akurat, luas jangkauan dan mudah dipahami yang tertuang dalam renstra BMKG 2020-2024 menjadikan BMKG berkelas dunia dengan spirit Sosio enterpreuner, paparnya.

Herizal berharap dengan pelatihan ini dapat sharing pengetahuan diantara peserta sehingga kedepan, BMKG dengan visi handal dan Terpercaya bukan ucapan belaka tapi didukung dengan persiapan yang baik untuk mempertahankan lembaga yang kita cintai menjadi lebih baik lagi.

Pelatihan Verifikasi Prakiraan Klimatologi dan Pelatihan Teknis Meteorologi Maritim diselenggarakan dari tanggal 10 sampai dengan 16 februari 2020 dengan tenaga pengajar terdiri dari Pejabat, widyaiswara, pegawai di lingkungan Pusdiklat BMKG, Kedeputian Klimatologi dan Kedeputian Meteorologi yang memiliki kemampuan dan pengalaman sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024