BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang Hadiri Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana

  • Ayu Isrianti Putri
  • 22 Des 2016
BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang Hadiri Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana

Pariaman, (21/12/2016) Dalam rangka meningkatkan koordinasi kesiapsiagaan antara SKPD Pemerintah Kota Pariaman dalam hal penanganan bencana, Pemerintah Kota Pariaman mengadakan Rapat Koordinasi penanggulangan bencana. Agenda rapat koordinasi kali ini membahas tentang gempabumi, tsunami, dan banjir di Kota Pariaman. Rakor ini dilaksanakan di Balaikota Pariaman pada tanggal 21 Desember 2016 dan dibuka secara resmi oleh Walikota Pariaman Mukhlis R dan dihadiri oleh seluruh unsur Muspida Kota Pariaman, seluruh SKPD dan kelompok Siaga Bencana Kota Pariaman.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Rahmat Triyono, ST, Dipl. Seis, M.Sc yang hadir menjadi narasumber pada acara rapat koordinasi tersebut menjelaskan tentang Sumber-sumber gempabumi di Sumatera, Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) dan produk-produk yang dihasilkan sistem InaTEWS. Juga ditegaskan kepada para peserta Rakor yang hadir tentang pentingnya Pemerintah Daerah sebagai pelaku utama dalam rantai peringatan dini tsunami untuk memahami pruduk peringatan dini tsunami dari BMKG sehingga tidak keliru dalam mengambil keputusan.

Adapun peran dan tugas pokok pemerintah daerah dalam pelayanan peringatan dini tsunami adalah (1) Menerima informasi gempabumi dan tsunami serta saran dari BMKG secara terus menerus (24/7) melalui berbagai saluran komunikasi. (2) Mengambil keputusan secara cepat dan tepat waktu untuk menentukan reaksi di daerah (misalnya apaka masyarakat perlu evakuasi atau tidak). (3) Menyebarluaskan berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami secara luas dan memberikan arahan yang jelas serta instruktif kepada masyarakat dan lembaga daerah secara luas, langsung, dan tepat waktu menggunakan berbagai cara dan saluran komunikasi yang memungkinkan seluruh masyarakat yang terancam tsunami dapat menerimanya.

Pada akhir paparan Kepala Stasiun Geofisika Padang Panjang menegaskan perlunya pendelegasian kewenangan perintah evakuasi dari seorang kepela daerah kepada operator pusdalops BPBD khususnya pada saat warning tsunami pada level AWAS yang memiliki ancaman ketinggian tsunami diatas 3 meter.

Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatera dengan panjang pantai 12,7 km serta luas perairan laut 282,69 km2 . Dalam segmentasi warning tsunami, Kota Pariaman hampir seluruhnya berada dalam zona merah tsunami. Sejarah kegempaan di Kota Pariaman yang tentu saja masih segar dalam ingatan kita adalah gempabumi 30 September 2009 dengan magnitude 7.9 SR yang terjadi pada pukul 17:16:09 WIB dengan koordinat 0.84 LS dan 99.65 BT . Gempabumi ini mengakibatkan kerusakan parah di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Barat termasuk Kota Pariaman ::: BMKG PADANG PANJANG

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024