BMKG Sosialisasi Kehumasan di Jawa Timur, Tingkatkan Publikasi dan Dokumentasi untuk Generasi Milenial dan Gen Z

  • Valdez Dwi Hapsah Oktavianey
  • 26 Jan 2024
BMKG Sosialisasi Kehumasan di Jawa Timur, Tingkatkan Publikasi dan Dokumentasi untuk Generasi Milenial dan Gen Z

Jakarta, 22 Januari 2024 - Dalam upaya memperkenalkan peran Kehumasan dan meningkatkan Publikasi serta Dokumentasi, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Muhammad Muslihuddin, bersama Kepala Koordinator Bidang Humas, Akhmad Taufan Maulana, dan tim Humas BMKG mengadakan sosialisasi di Stasiun Klimatologi, Jawa Timur, khusus untuk pegawai BMKG "Milenial dan Gen Z" di Jawa Timur.

Muslihuddin menegaskan urgensi kegiatan ini dalam membangun citra positif BMKG. Sosialisasi diharapkan dapat memotivasi UPT daerah untuk optimal dalam memanfaatkan potensi SDM yang memiliki keahlian di Bidang Kehumasan.

Taufan menyoroti peran Humas di daerah yang tidak hanya penting tetapi telah dijalankan secara tidak langsung oleh setiap pegawai UPT BMKG. Ini mencakup penyebarluasan informasi, pembuatan produk publikasi, dokumentasi, edukasi, dan koordinasi dengan stakeholder setempat.

Penguatan Kegiatan Kehumasan di Daerah, sebagaimana dijelaskan oleh Taufan, akan berlangsung secara berkesinambungan. Workshop Jurnalistik, Public Speaking, Fotografi, dan Desain Grafis menjadi bagian integral dari strategi ini, memastikan bahwa keterampilan pegawai berkembang sejalan dengan perubahan zaman dan menjawab kebutuhan masyarakat terhadap informasi BMKG.

Tim Humas membahas materi kunci terkait publikasi dan dokumentasi, termasuk Humas Pemerintah, penulisan jurnalistik, dan fotografi jurnalistik. Peran penting keahlian fotografi dalam bidang Humas diuraikan oleh Valdez Dwi Hapsah, mencakup jenis-jenis fotografi, teknik fotografi dengan smartphone, dan kode etik fotografer.

Dwi Herlambang menyampaikan informasi mengenai kepenulisan dan jurnalistik, memberikan panduan praktis tentang kriteria dan nilai berita yang baik untuk BMKG. Penguatan Kegiatan Kehumasan akan terus dijalankan dengan fokus pada layanan Diseminasi Informasi MKG, memastikan informasi yang disampaikan dapat diterima dengan cepat, tepat, dan mudah dipahami oleh masyarakat.

Sosialisasi di Malang menjadi yang ketiga, menunjukkan komitmen Humas BMKG dalam membangun kesadaran akan pentingnya fungsi Kehumasan di UPT daerah. Dalam konteks ini, kegiatan selalu terintegrasi pada empat platform utama informasi: media massa, media sosial, jejaring dan komunitas, serta melibatkan kegiatan bersama wartawan di daerah masing-masing.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024