BMKG Berpartisipasi dalam "The 44th Meeting of the Sub-Committee on Meteorology and Geophysics of Association of Southeast Asian Nations / ASEAN (ASCMG-44)"

  • Ibrahim
  • 18 Okt 2023
BMKG Berpartisipasi dalam "The 44th Meeting of the Sub-Committee on Meteorology and Geophysics of Association of Southeast Asian Nations / ASEAN (ASCMG-44)"

Filipina - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berpartisipasi dalam "The 44th Meeting of the Sub-Committee on Meteorology and Geophysics of Association of Southeast Asian Nations / ASEAN (ASCMG-44)". Kegiatan yang berlangsung pada Senin, (16/10) di Bohol, Filipina.
SCMG adalah pertemuan rutin yang dilaksanakan setiap tahun yang dikoordinasikan oleh ASEAN-Committee of Science, Technology and Innovation (ASEAN COSTI).

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pemutakhiran informasi program, usulan aktivitas, dan pembahasan aktivitas subsidiary bodies dari masing-masing sub-committee meteorology and Geophysics. Pada pertemuan ini dilakukan pengesahan the ASEAN Weather Modification Centre (AWMC)" yang akan dioperasikan oleh Thailand.

ASCMG-44 ini dipimpin oleh SCMG Chair yaitu Ms.Wong Ching Lin dari Singapura didampingi Dr. Nataniel Servando (Philippines) selaku vice-chair sidang. Peserta yang hadir pada ASCMG44 adalah perwakilan dari Sekretariat ASEAN, Indonesia, Brunei Darussalam, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Philipines, Singapore, Thailand, Vietnam. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo.

Dalam paparannya, Eko menyampaikan bahwa Indonesia mengajukan 7 (tujuh) project baru dalam kegiatan ini, yaitu "Workshop on Advancing the Development and Implementation of Forest and Land Fires Early Warning System (SPARTAN) for ASEAN Region", "Workshop on Impact-Based Forecast (IBF) for ASEAN", "Southeastern Asia-Oceania Flash Flood Guidance (SAOFFG) Regional Workshop", "Workshop on Nowcasting Algorithm for Early Warning - EWS Radar Based", "Training on the Implementation of Satellite Altimetry Data for Improving Operational Metocean Service", "Joint Online Regional Focus Group Discussion and Other Capacity Development Program on Satellite Meteorology Indonesia Center of Excellence of the WMO Virtual Laboratory for Meteorological Satellite Education and Training (VLab)", Risk Score for Vessel against Weather to Improve Shipping Safety".

Dengan adanya project tersebut, SCMG mendukung program yang diajukan, dan mendorong Indonesia terus berkomunikasi dengan berbagai pihak yang terlibat. Dalam pertemuan ini pula, Sekretariat ASEAN menyampaikan kepada anggota bahwa terdapat kemungkinan pendanaan kegiatan dapat berasal dari the ASEAN Science, Technology and Innovation Fund (ASTIF) atau ASEAN Partners lainnya. Serta telah diputuskan bahwa ASCMG-45 pada tahun 2024 akan diselenggarakan di Singapura dan SCMG Chair selanjutnya akan berpindah ke Thailand.

Setelah mengikuti ASEAN SCMG-44, tim BMKG mengikuti pula the 15th Meeting of The Board of Advisers to the ASEAN Commitee on Science, Technology and Innovation (ASEAN BAC-15), pada tanggal 18 October 2023 sebagai observer. Delegasi yang hadir selain Indonesia adalah perwakilan dari ASEAN Secretariat, Brunei Darussalam,Kamboja, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Dudi Hidayat dari BRIN menjadi Ketua Delegasi RI.

The ASEAN Board of Advisers to COSTI (BAC) adalah dewan yang memberi pertimbangan kepada COSTI tentang beberapa hal diantaranya: pengembangan dan implementasi Rencana Aksi ASEAN dalam bidang Sains, Teknologi dan Inovasi (APASTI) 2016-2025; Peta Jalan Inovasi ASEAN 2019-2025; pengelolaan dan pemanfaatan dana (baik yang bersumber dari the ASEAN Science, Technology and Innovation Fund (ASTIF), maupun kemungkinan sumber daya lain dari mitra dialog, mitra sektoral, mitra pembangunan, sektor industri/swasta dan organisasi internasional); serta hal-hal lain yang ditugaskan oleh COSTI.
Pertemuan tersebut memutuskan Kamboja dan Indonesia masing-masing akan menjadi Ketua dan Wakil Ketua BAC mulai 1 Januari 2024 hingga 31 Desember 2026. Pertemuan ini juga memutuskan bahwa BAC-16 direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Mei atau Juni 2024 dengan Kamboja sebagai tuan rumah.

Rangkaian pertemuan di Bohol diakhiri dengan The ASEAN Committee on Science, Technology and Innovation (COSTI) Meeting, yang rutin dilakukan setelah SCMG dan BAC meeting. COSTI bertanggung jawab atas perencanaan, implementasi, evaluasi dari seluruh aspek kerja sama dan integrasi Sains, Teknologi, dan Inovasi ASEAN yang dituangkan dalam berbagai kegiatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi, serta rencana aksi ASEAN.

Dalam COSTI Meeting, disepakati hasil-hasil utama pertemuan ASCMG-44 diantaranya pembentukan ASEAN Weather Modification Centre (AWMC), perpanjangan alokasi waktu pelaksanaan ASCMG-45 untuk memfasilitasi pelaksanaan diskusi dan interaksi dengan mitra dialog, serta usulan kepada COSTI untuk mempertimbangkan peningkatan batas pendanaan ASTIF.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • 127 km Tenggara KAB-MALANG-JATIM
  • tidak berpotensi TSUNAMI
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024