A Public Discussion on the U.S.-Indonesia Development Partnership: Advancing Indonesia on its Journey to Self-Reliance

  • Hatif Thirafi
  • 26 Feb 2019
A Public Discussion on the U.S.-Indonesia Development Partnership:  Advancing Indonesia on its Journey to Self-Reliance

Jakarta - Selasa (26/2), Deputi Bidang Meteorologi BMKG, R. Mulyono R. Prabowo didampingi Peneliti Utama BMKG, Yunus S. Swarinoto ikut serta dalam Diskusi Publik Pendekatan Kemandirian dalam Kerjasama Pembangunan Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian PPN/Bappenas dan United States Agency International Development (USAID) di Hotel Borobudur Jakarta, dengan menghadirkan dua narasumber dari USAID.

Dalam diskusi yang dibuka oleh Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Bappenas, Kennedy Simanjuntak, mengharapkan Indonesia dapat bergerak sendiri, utamanya tanpa bergantung pada pinjaman luar negeri. Mandiri untuk perkembangan Indonesia kedepannya.

Untuk menempuh nilai Indonesia mandiri tersebut yang ditargetkan pada tahun 2025, Bappenas melakukan kerjasama dengan USAID karena kemandirian USAID yang sesuai dengan rencana dan kemajuan pembangunan Indonesia.

?Mission M&E USAID, Ms. Amita Kulkarni dalam paparannya yang berjudul Journey to Self Reliance/J2SR Methodology : Concept and Parameter menjelaskan bahwa self reliance adalah dimana sebuah negara mampu untuk menyelesaikan tantangan pembangunan mereka sendiri. Dengan melakukan pendekatan pembangunan yang stabil, tangguh, makmur, inklusif, dan mandiri. USAID menggunakan alat analisis utama yang disebut Country Roadmap untuk menilai kemandirian di suatu negara. Alat tersebut menggunakan 17 metrik pihak ketiga untuk memeriksa bidang-bidang seperti pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab, pembangunan inklusif, kebijakan ekonomi, dan kapasitas relatif pemerintah, masyarakat sipil, warga negara, dan ekonomi yang merupakan elemen kunci kemandirian.

Sementara itu, Senior Strategic Advisor USAID, Mr. Jon Limborg dalam paparannya yang berjudul Financing Self Relience : Domestic Resoures Mobilization (DRM) and Private Setor Engagement menyampaikan bahwa DRM merupakan proses dimana negara mengumpulkan dan membelanjakan dana mereka sendiri untuk disediakan kepada rakyat dalam kurun waktu jangka panjang menuju pembiayaan pembangunan berkelanjutan. DRM tidak hanya memberi pemerintah dana yang dibutuhkan untuk mengentaskan kemiskinan dan memberikan layanan publik, tetapi juga merupakan langkah kritis untuk keluar dari ketergantungan bantuan.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024