BMKG Adakan Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan VII Tahun 2023 dengan Fokus Menghadapi Tantangan Kompleks BMKG ke Depan

  • Dimas Bayu Sajiwo
  • 05 Jun 2023
BMKG Adakan Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan VII Tahun 2023 dengan Fokus Menghadapi Tantangan Kompleks BMKG ke Depan

Jakarta, (05/06) - Hadapi tantangan yang semakin besar dan kompleks di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Sekretaris Utama BMKG, Dwi Budi Sutrisno, menghadiri dan membuka kegiatan pelatihan kepemimpinan administrator Angkatan VII Tahun 2023. Kegiatan ini diikuti oleh peserta pelatihan dari UPT BMKG berbagai daerah di Indonesia. Dalam pembukaannya, Dwi Budi membahas tantangan BMKG yang berkaitan dengan multi bencana, perubahan lingkungan strategis, dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan informasi MKG.

Lebih lanjut dalam sambutannya, Dwi Budi mengungkapkan bahwa tantangan BMKG kedepan meliputi fenomena bencana yang semakin kompleks, seperti bencana Geo-Hidrometeorologi yang melibatkan ancaman multi bencana, yaitu kejadian bencana geologi bersamaan dengan kejadian bencana hidrometeorologi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh posisi Indonesia yang berada di kawasan pergerakan lempeng tektonik yang semakin aktif, serta sebagai negara kepulauan maritim yang rentan terhadap perubahan iklim global.

Selain itu, perubahan lingkungan strategis yang berkembang dengan cepat dan tidak dapat diprediksi dengan pasti juga menjadi tantangan bagi BMKG. Hal ini menuntut BMKG untuk memiliki kesiapan dalam menghadapi situasi yang berubah dengan cepat dan membutuhkan prediksi yang akurat.
Untuk menghadapi tantangan yang kompleks tersebut, pimpinan BMKG telah menetapkan arah kebijakan yang komprehensif seperti fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui Program SDM Unggul, yang bertujuan untuk memiliki tenaga kerja yang handal dan berbasis merit system, kemudian melakukan penataan organisasi untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam penyerderhanaan struktural birokrasi, serta melanjutkan upaya modernisasi dan otomatisasi sarana operasional. Pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), big data, dan Internet of Things (IoT) akan digunakan untuk meningkatkan layanan BMKG agar lebih spesifik, tematik, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna informasi BMKG.
Dwi Budi menegaskan pentingnya mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan masa depan dan berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas BMKG dalam memberikan layanan informasi yang berkualitas kepada masyarakat.

Kegiatan pelatihan kepemimpinan administrator Angkatan VII Tahun 2023 akan berlangsung selama beberapa hari dengan berbagai materi dan kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan peserta. Peserta pelatihan diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan dinamis di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024